Sport
Rabu, 1 Juli 2015 - 18:25 WIB

SANKSI FIFA : Djohar Arifin Mundur dari Dewan Kehormatan PSSI, Ini Alasannya

Redaksi Solopos.com  /  Haryo Prabancono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketua PSSi Djohar Arifin menyatakan akan berpikir positif atas keberadaan Tim Sembilan yang dibentuk Kemenpora. JIBI/Solopos/dok

Sanksi FIFA kepada sepak bola memiliki beberapa dampak. Djohar Arifin akhirnya memutuskan mundur dari Dewan Kehormatan PSSI.

Solopos.com, JAKARTA — Mantan Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin, mengundurkan diri dari Dewan Kehormatan PSSI hasil Kongres Luar Biasa (KLB) 2015. Pengunduran diri tersebut lantaran PSSI di bawah pimpinan La Nyalla Mattalitti tidak diakui oleh pemerintah dan adanya sanksi FIFA.

Advertisement

Djohar menjelaskan surat pengunduran diri tersebut terhitung sejak 24 Juni lalu dan telah disampaikan kepada sekretariat PSSI. Alasan utama keputusannya itu adalah karena pemerintah tidak mengakui PSSI hasil KLB 2015.

“Saya mengundurkan diri sebagai Ketua/Anggota Kehormatan PSSI hasil Kongres Luar Biasa PSSI 2015 di Surabaya sejak 24 Juni 2015. Pengunduran diri ini karena kepengurusan hasil KLB Surabaya tidak mendapat pengakuan dari Pemerintah Republik Indonesia,” ungkap Djohar, seperti dilansir Detik, Rabu (1/7/2015).

Advertisement

“Saya mengundurkan diri sebagai Ketua/Anggota Kehormatan PSSI hasil Kongres Luar Biasa PSSI 2015 di Surabaya sejak 24 Juni 2015. Pengunduran diri ini karena kepengurusan hasil KLB Surabaya tidak mendapat pengakuan dari Pemerintah Republik Indonesia,” ungkap Djohar, seperti dilansir Detik, Rabu (1/7/2015).

Kendati begitu, Djohar menegaskan pilihannya itu diambil murni keputusannya bukan karena adanya tekanan dari pihak lain. “Saya mengundurkan diri dari kepengurusan PSSI hasil KLB Surabaya sejak tanggal 24 Juni 2015. Pengunduran ini tidak ada tekanan atau ancaman. Pengunduran diri ini murni keinginan saya sendiri,” tambah Djohar.

Beberapa waktu lalu Menpora Imam Nahrawi mengundang Djohar untuk membahas kondisi sepak bola Indonesia saat ini. Namun, menurut PSSI di bawah komando La Nyalla, Djohar dianggap tidak etis memenuhi undangan tersebut dan diancam sanksi sesuai kode etik organisasi.

Advertisement

Sebagaimana diberitakan Kantor Berita Antara, menurut Ketua Komite Etik PSSI, TM Nurlif, selain melanggar kode etik, Djohar juga telah mencederai prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh oleh pengurus PSSI.

“Djohar Arifin telah melanggar kode etik dengan menghadiri pertemuan di Kemenpora pada Selasa 23 Juni 2015 kemarin dan menganggap dirinya sebagai Ketua Umum PSSI. Djohar telah mencederai prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh sebagaimana diatur dalam Kode Etik PSSI,” kata TM Nurlif.

Djohar tak luput dari kontroversi sewaktu memimpin PSSI. Ia terpilih pada Kongres Luar Biasa di Solo pada 9 Juli 2011. Saat itu ia disebut-sebut mendapat dukungan dari kelompok pengusaha Arifin Panigoro.

Advertisement

Setahun memimpin PSSI, Djohar terus digoyang oleh rival-rivalnya, hingga ada Maret 2012 terbentuk Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) yang dipimpin oleh La Nyalla.

Dualisme organisasi itu memunculkan konflik berkepanjangan, termasuk dua kompetisi, Indonesia Premier League (IPL) yang diakui PSSI, dan Indonesia Super League (ISL) yang berafiliasi ke KPSI. Konflik itu berakhir dengan kekalahan di kubu IPL.

Pada Maret 2013, dalam KLB di Hotel Borobudur, Jakarta, enam anggota Komite Eksekutif dijatuhi skorsing, termasuk Wakil Ketua Umum PSSI, Farid Rahman. Posisi Farid kemudian diisi oleh La Nyalla, sedangkan Djohar dipertahankan, yang membuatnya dituduh membelot oleh para mantan pendukungnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif