News
Rabu, 1 Juli 2015 - 07:30 WIB

PESAWAT HERCULES JATUH : Perjalanan Penerbang Cerdas Sleman itu Berakhir Bersama Hercules

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pesawat Hercules 130 jatuh di Medan, Selasa (30/6/2015). (JIBI/Solopos/Reuters/Roni Bintang)

Pesawat Hercules jatuh di Medan membuat para keluarga korban kehilangan, termasuk keluarga Lettu Pandu Setiawan.

Solopos.com, SOLO — Kematian Lettu (Penerbang) Pandu Setiawan, Kopilot I dalam penerbangan pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Jl. Jamin Ginting, Selasa (30/6/2015) siang, mengejutkan keluarga. Di Sleman, DIY, sang istri yang baru dua bulan dinikahi langsung syok.

Advertisement

Hari ini, Pandu belum genap berusia 26 tahun karena baru akan merayakan ulang tahun bulan depan. Dia baru menikah pada 25 April 2015 lalu alias baru dua bulan. Saat ditemui wartawan, sang istri tak bisa diwawancarai.

Sugeng, ayah Pandu Setiawan, di RT 04 RW 21 Patukan, Ambarketawang, Gamping, Sleman, menuturkan dirinya tidak tahu pasti apakah anaknya masih hidup atau tidak. Lama tak ada kontak, tiba-tiba pada Selasa siang Sugeng menerima telepon dari rekan seangkatan Pandu di Akmil.

Advertisement

Sugeng, ayah Pandu Setiawan, di RT 04 RW 21 Patukan, Ambarketawang, Gamping, Sleman, menuturkan dirinya tidak tahu pasti apakah anaknya masih hidup atau tidak. Lama tak ada kontak, tiba-tiba pada Selasa siang Sugeng menerima telepon dari rekan seangkatan Pandu di Akmil.

“Katanya dia [Pandu] sedang ada tugas ke Medan dan pesawatnnya jatuh. Sampai sekarang saya belum mengerti posisinya di mana, masih hidup atau sudah meninggal. Kalau meninggal, semoga khusnul khotimah,” kata Sugeng saat diwawancarai awak televisi, Selasa sore.

Selama ini, Pandu lebih banyak berkomunikasi dengan sang ibu melalui BBM dan SMS. Sang ibu, Sri Nurhaeni Lestari, sambil tersendu mengatakan terkejut dengan kabar itu. Sempat menonton televisi tentang pesawat Hercules jatuh, dia masih berharap itu bukan dari skadron 32. Saat tahu itu berasal dari skadron 32, dia masih berharap itu bukan anaknya.

Advertisement

Pandu dikenal sebagai pemuda cerdas. Salah satu yang diingat adalah saat diterima menjadi taruna sebelum dia lulus SMA. “Dia anak baik, penurut. Usia 18 tahun masuk Akabri [Akmil] empat tahun dan rajin beribadah.”

Pandu merupakan alumni SMA Muhammadiyah 3 Jogja. Lulus SMA, ia langsung diterima di Akademi Angkatan Udara (AAU) dan diwisuda sebagai perwira muda dalam Praspa TNI tahun 2011. Karena kepiawaiannya di bidang dirgantara, ia lolos dalam seleksi Sekbang A-83 tahun pendidikan 2013/2014 menjalani pendidikan sekitar delapan bulan.

Lulus Sekbang pada 2014, dia langsung bertugas di Skuadron 32 Lanud Abdulrachman Saleh Malang. Bersama Hercules bercall sign herky itu, Pandu menjadi salahsatu bibit unggul elang muda TNI AU untuk mengawal dirgantara Indonesia. Selain Hercules, ia juga mencatatkan rating menyetir pesawat latih AS 202 Bravo dan T-34 Charlie.

Advertisement

Dalam setiap operasi Hercules, Pandu selalu menjadi Kopilot. Hal itu terlihat pada saat menerbangkan A1310 untuk mengangkut ratusan anggota Denhanud 474 Pakhas TNI AU yang melakukan penerjunan dari Lanud Adisutjipto menuju landasan Gading Gunungkidul pada Februari 2015 lalu. Pandu duduk di sebelah kanan kokpit membesut A-1310 bersama seniornya captain pilot, Kapten Pnb Ebor Subarkat kala itu.

Pandu menikah dengan rekan satu almamaternya SMA, Dewi Wulandari warga Sidoarum, Godean, Sleman pada 26 April 2015. Karena padatnya tugas operasi di skuadron angkut, Pandu banyak meninggalkan istrinya meski tergolong pengantin baru. Bahkan sepekan setelah menikah, ia langsung bertugas bersama Hercules.

Terakhir keduanya bertemu saat awal Ramadhan lalu. Selanjutnya berkomunikasi dengan istri melalui telepon seluler atau BBM. Hanya saja pada Senin (29/6/2015) malam Dewi tidak mendapatkan telepon dari Pandu. Ia hanya dikirim pesan melalui BBM. “Biasanya telepon tapi malam itu tidak. Hanya bbm, bunda, mas tidur dulu,” ujar Dewi yang juga alumnus Farmasi UII ini.

Advertisement

Menurut Sugeng, anak pertamanya itu tidak pernah neko-neko. Ia mengibaratkan Pandu sebagai anak yang bersih belum tercemar. Tak heran, ia bisa langsung diterima sebagai taruna AAU. Sejak kecil sudah bercita-cita sebagai penerbang. Setiap kali pulang ke rumah, Pandu selalu bercerita tentangga kebanggaannya bersama Hercules.

“Biasanya cerita kebanggaan bersama Hercules. Ya, saya hanya berdoa, mudah-mudahan diberi mu’jizat dan kalau meninggal, meninggal yang baik,” ucap Sugeng yang juga pegawai Rutan Wates ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif