Kolom
Selasa, 30 Juni 2015 - 08:40 WIB

GAGASAN : Mewujudkan Ketahanan Keluarga

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nurul Lathiffah (Istimewa)

Gagasan Solopos, Senin (29/6/2015), ditulis Nurul Lathiffah. Penulis adalah Konsultan Psikologi LPPT Persona, Yogyakarta.

Solopos.com, SOLO — Setiap 29 Juni, kita memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas). Agenda tahunan ini setidaknya mengandung muatan pesan bahwa keluarga merupakan elemen penting dalam keberhasilan pembangunan, tidak secara fisik namun juga psikologis dan spiritual. Keluarga ibarat sistem paling kecil yang secara bottom up menentukan kualitas bangsa. Berangkat dari point of view inilah keluarga yang merupakan unit terkecil dari masyarakat menjadi sistem mikro yang berdampak dan seharusnya diperhatikan oleh negara. Meski demikian, secara kolektif masyarakat memiliki tanggung jawab yang tidak sedikit untuk berpartisipasi mewujudkan ketahanan dalam keluarga.

Advertisement

Berbagai model kriminalitas dan tindak kejahatan yang menghiasi layar kaca dan media pun sesungguhnya merupakan cermin dari ketahanan keluarga yang rapuh. Peristiwa ini terus saja berlangsung di dalam keseharian kita. Sebagaimana diwartakan Solopos (27/6), pembuangan anak oleh ayah sendiri terjadi di Ngemplak, Boyolali. Wiryono, 44, warga RT 005/RW 011, Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, tega membuang kedua anaknya, Rizki, 5, dan Hanifa, 3, di wilayah Boyolali, Rabu (24/6).

Jika sebuah keluarga memiliki ketahanan keluarga yang rendah bahkan rentan terguncang maka anggota keluarga cenderung mengalami tekanan (stres). Pada gilirannya, hal tersebut menampilkan sikap tidak berdaya dan daya tabah yang rendah. Komunikasi antaranggota keluarga pun didominasi oleh pola-pola dialog yang menyakitkan, negatif, dan patologis.

Advertisement

Jika sebuah keluarga memiliki ketahanan keluarga yang rendah bahkan rentan terguncang maka anggota keluarga cenderung mengalami tekanan (stres). Pada gilirannya, hal tersebut menampilkan sikap tidak berdaya dan daya tabah yang rendah. Komunikasi antaranggota keluarga pun didominasi oleh pola-pola dialog yang menyakitkan, negatif, dan patologis.

Dalam kondisi perekonomian yang terpuruk, ketahanan keluarga pun rentan mengalami kondisi limbung. Tanpa kemampuan adaptasi, kematangan pribadi, kecerdasan emosi, dan spiritual, konflik ekonomi pun dapat memanjang menjadi retaknya hubungan kekeluargaan. Padahal, keretakan dalam relasi keluarga hanya akan memproduksi emosi-emosi negatif yang kontraproduktif. Disayangkan pula, akses untuk menuju kematangan pribadi, kecerdasan emosi, dan spiritual tidak dapat diperoleh secara instan. Bahkan, kualitas personal tersebut pun tidak dapat diperoleh secara otomatis melalui bangku sekolah.

Dalam dinamikanya, setiap keluarga selalu mengalami permasalahan internal. Konsekuensinya, diperlukan adversity quotient (kecerdasan menghadapi kesulitan) orang tua yang pada gilirannya diinternalisasi oleh anak-anak. Tanpa kecerdasan menghadapi kesulitan, seseorang akan mudah terjerumus pada keputusan instan yang justru merugikan, baik diri sendiri atau pun orang lain.

Advertisement

Di dalam keluarga, orang tua seharusnya mampu menjadi figur teladan yang sekaligus menanamkan dasar-dasar ketabahan dalam diri anggota keluarga lainnya. Namun, lagi-lagi kesibukan orang tua dan keengganan untuk merawat hubungan emosi yang hangat pun menjadi tantangan terbesar. Bahkan, masih banyak pula masyarakat yang terjebak dengan pola pikir bahwa kewajiban orang tua hanya berkutat pada pemenuhan kebutuhan ekonomi semata.

Sejalan dengan kenyataan memprihatinkan ini, sudah semestinya ekspektasi bahwa keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak-anak harus dimaknai dan diaktualisasikan secara tepat. [Baca: Broken Home]

 

Advertisement

Broken Home
Jika direnungkan, ternyata kemiskinan tidak serta-merta menjadi penyebab utama kerentanan keluarga. Sebab, pada level-level kekayaan tertentu, justru permasalahan yang dialami oleh keluarga pun semakin kompleks. Bahkan, banyak anak-anak dari keluarga yang terbilang berlimpah kekayaan justru menjadi korban broken home. Sampai pada titik inilah kita semakin perlu untuk mempertajam pemahaman bahwa ketahanan keluarga membutuhkan daya dukung psikologis, di samping tetap membutuhkan dukungan secara ekonomi.

Secara konseptual, keluarga sejahtera selalu bercirikan ketahanan keluarga yang tinggi. Ketahanan keluarga merupakan sebuah kondisi dinamik dari suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan. Selain itu, ketahanan keluarga juga didukung oleh kemampuan fisik materiil dan psikis mental-spiritual untuk mampu mandiri dan mengembangkan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir maupun kebahagiaan batin.

Angka statistik keluarga miskin yang justru semakin meningkat dari hari ke hari menjadi tantangan dan tugas besar pemerintah. Akan tetapi, dalam kondisi tertentu, setiap pribadi juga memiliki tanggung jawab moral dan spiritual dalam mewujudkan ketahanan keluarga. Ketahanan keluarga dapat dibina melalui peningkatan daya juang para anggota keluarganya untuk mencapai kesejahteraan, baik lahir atau pun batin (psikologis). Untuk mencapainya, salah satu pendekatan yang paling praktis diaplikasikan ialah melalui pendekatan keagamaan. Dengan kualitas keberagamaan yang baik, nilai-nilai luhur kemanusiaan seperti ketabahan, kepasrahan, penerimaan positif tanpa syarat terhadap takdir Tuhan, dan lain sebagainya dapat meningkatkan daya juang.

Advertisement

Sinergi yang saling mendukung antaranggota keluarga untuk mewujudkan kebahagiaan bersama mutlak diperlukan. Hal tersebut hanya dapat terjadi dalam suasana emosi positif nan hangat seperti kasih sayang, cinta, dan persahabatan. Pada muaranya, mewujudkan ketahanan keluarga bukanlah merupakan hal yang mustahil. Jika setiap orang tua mampu menjalankan tugas parenting (pengasuhan), anak-anak mampu menyelesaikan tugas perkembangan dan setiap anggota keluarga mengembangkan budi pekerti yang luhur dan mulia sesuai ajaran agama, tentu ketahanan keluarga akan terwujud nyata. Wallahualam. 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif