Jatim
Minggu, 28 Juni 2015 - 17:05 WIB

NIKAH DINI : Inilah Alasan Kenapa Nikah Dini Tak Dianjurkan

Redaksi Solopos.com  /  Aries Susanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Naghma yang terhindar dari pernikahan dini (Nydailynews.com)

Nikah dini yang banyak terjadi di masyarakat dinilai lebih banyak mendatangkan keburukan, ketimbang sisi manfaatnya.

Madiunpos.com, KOTA MADIUN – Nikah dini alias nikah di bawah usia dewasa bagi suami istri sangat tak dianjurkan. Sebab, nikah seperti ini memiliki banyak sisi buruk ketimbang sisi manfaatnya.

Advertisement

Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kota Madiun, Muhammad Amir Solehuddin mengatakan, pasangan yang menikah di usia dini, akan sangat rentan terjadi perceraian. Hal itu terjadi lantaran masing-masing pribadi belum memiliki kematangan emosional sehingga mudah mengambil keputusan singkat tanpa berpikir panjang.

“Jika seseorang tahu bahwa berumah tangga itu ibarat mengarungi lautan kehidupan yang luas, maka mereka akan menyiapkan kapal itu dengan penuh kematangan, baik ilmu pengetahuan berkeluarga, kematangan pribadi, pengalaman hidup, dan agama yang kuat. Mereka tak akan memilih utuk menikah di usia dini,” ujar Amir saat berbincang dengan Madiun Pos di ruang kerjanya, Kamis (25/6/2015).

Menurut Amir, fenomena menikah dini saat ini rata-rata dipicu oleh alasan yang kurang rasional, seperti telanjur jatuh cinta, sudah hamil terlebih dahulu, alasan ekonomi, serta faktor sosial budaya setempat. Padahal, kata dia, jika tradisi menikah dini itu dilanjutkan, maka hanya akan melahirkan generasi-generasi kurang sehat secara pribadi, ilmu, serta masa depannya.

Advertisement

“Dan yang sudah sering terjadi, nikah dini itu rentan perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, penelantaran anak, serta permasalahan sosial lainnya,” paparnya.

Itulah sebabnya, pemerintah memberikan batasan tegas bagi para calon mempelai untuk memenuhi usia minimal menikah. Seperti diatur dalam UU No 1/ 1974 tentang Perkawinan, usia minimal calon istri ialah 16 tahun, dan 19 tahun bagi calon suami.

“Itu batas minimal. Jika masing-masing calon masih bisa menahan diri, lalu memilih untuk menuntut ilmi dulu, mencari pengalaman hidup yang bermanfaat demi masa depan keluarganya yang lebih baik, itu akan sangat dianjurkan,” paparnya.

Advertisement

Karena, sambung Amir, hidup berkeluarga itu tak sekadar urusan kesiapan biologis dan hanya setahun dua tahun. Tapi juga kesiapan mental, agama, ekonomi, ilmu hingga akhir hayat. Jadi harus benar-benar dipersiapkan secara matang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif