Soloraya
Sabtu, 27 Juni 2015 - 23:45 WIB

PENEMUAN ANAK : Buang Anak dan Bacok Tetangga, Wiryono Diduga Menderita Skizofrenia

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tersangka pembuangan anak dan penganiayaan, Wiryono, 44, warga RT 005/RW 011, Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, (kanan) diperiksa petugas di Mapolres Sukoharjo, Jumat (26/6/2015). Tersangka nekat membuang anaknya di wilayah Boyolali lantaran terpengaruh bisikan gaib. (JIBI/Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Penemuan anak di kawasan Waduk Cengklik, Boyolali, Kamis (25/5/2015) menghebohkan warga sekitar.

Solopos.com, SUKOHARJO-Wiryono, 45, warga RT 005/RW 011, Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo yang menelantarkan anaknya di Ngemplak, Boyolali dan membacok tetangga istri keduanya di Dukuh Jaren, Desa Madegondo, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Slamet Sumito Hadisumitro, diduga mengalami gangguan psikologis. Pasalnya, sebelum kejadian itu Wiryono sering mengatakan bisa mendengar bisikan-bisikan yang tak jelas asalnya. Bahkan, Wiryono mengaku bisa mendengar ayam berbicara saat mereka berkokok.

Advertisement

Hal tersebut diungkapkan istri keduanya, Tri Sundari, saat ditemui di tempat tinggalnya, Sabtu (27/6/2015). Ia yakin suaminya menderita halusinasi pendengaran atau permasalahan psikologis. Mungkin juga, Wiryono menderita skizofrenia. Wiryono merasa orang-orang yang ada di sekitarnya berbisik-bisik padanya. Padahal, orang di sekitarnya tidak ada yang berbicara.

“Sering kali kalau kami tidur, tiba-tiba dia membangunkan saya. Katanya saya berbisik-bisik minta cerai. Padahal saya tidur,” ungkapnya.

Advertisement

“Sering kali kalau kami tidur, tiba-tiba dia membangunkan saya. Katanya saya berbisik-bisik minta cerai. Padahal saya tidur,” ungkapnya.

Wiryono juga kerap mengatakan mendengar bisik-bisik yang menyuruhnya menceraikan Tri. Bisikan itu pula yang menjadi dasar perceraian Wiryono dengan istri pertamanya. Wiryono mendapat bisikan kalau istri pertamanya berselingkuh.
Pada kesempatan yang lain, Wiryono sering mengalami cemburu buta. Ia merasa istrinya bercakap-cakap dengan seorang lelaki bernama Arif atau nama yang lain. Padahal saat itu mereka tengah menikmati waktu berdua.

“Sering, saat kami bersama, tiba-tiba dia marah. Katanya, kami sedang berdua kok saya malah menyebut nama laki-laki lain. Demi Allah, saya tidak mengenal orang yang namanya Arif selain anak kecil. Saya tak tahu dari mana dia mendapat nama Arif,” kata dia tegas.

Advertisement

“Kalau tahu Pak Wir akan melakukan tindakan nekat itu, tentu saya tidak akan memanggil Pak Slamet untuk ngobrol bertiga. Saat suami saya nembung mau ngobrol dengan Pak Slamet, saya sudah tanyakan apa yang mau diperbincangkan. Saya khawatir pertanyaannya ngisin-isini [memalukan]. Kalau dia bilang saya mengatakan sering digoda, itu hanyalah halusinasinya. Saya tidak pernah mengatakan apa-apa ke suami saya,” kata perempuan berkerudung tersebut.

Pada awal pernikahan, Wiryono tidak separah itu. Tri mulai menyadari ada yang janggal saat suaminya mengaku mendengar bisikan-bisikan untuk menceraikannya sebulan setelah menikah. Saat itu, Tri berupaya ngemong suaminya dan berusaha agar sang suami menyadari bisikan itu salah. Kondisi itu mulai sangat parah menjelang Bulan Puasa. Wir yang dahulu bisa diajak berembuk, sudah tak bisa diajak diskusi dengan nalar sehat. Dia benar-benar meyakini suara-suara halusinasi yang ia dengar adalah kebenaran.

Pada Selasa (23/6/2015), saat sang suaminya menyambanginya, Tri melihat wajah suaminya sangat aneh. Terlihat tidak normal. Benar saja, suaminya menghilang dan datang lagi ke tempat tinggalnya pada Kamis kemudian nekat membacok Slamet karena menuruti bisikan halusinasinya.

Advertisement

“Pembacokan itu sangat cepat. Setelah tahu suami saya mengayunkan parang kepada Pak Slamet, saya memegangi tangannya untuk mencegahnya. Saya ikuti kemana dia berjalan dengan memegang tangannya hingga akhirnya ditangkap polisi di Jl. Ir. Soekarno, Kamis (25/6),” katanya.

Dulu, Wiryono kadang menyadari dirinya tidak waras. Ia juga berusaha mencari obat untuk mengusir bisikan-bisikan itu, misalnya dengan minyak ikan dan daun sembung. Tapi kondisi terakhir benar-benar memprihatinkan.

“Saya berharap, kalau mau dihukum silakan dihukum. Tapi saya juga berharap suami saya diperiksa dan disembuhkan meskipun keadaan sudah tak bisa seperti dulu lagi. Dia engggak mungkin ke sini lagi,” kata dia sambil menahan air mata.

Advertisement

Tetangga dekat Tri Sundari, Dina Marlina, 20, mengatakan saat kali pertama kenal dengan Wiryono dua tahun lalu, ia mengenal lelaki itu sebagai sosok yang ceria, ramah dan baik. Bahkan, Wiryono kerap membantu saat Dina memerlukan bantuan.

Ia mengaku sama sekali tak menyangka lelaki yang dikenalnya suka bercanda itu nekat membacok Slamet Sumito Hadisumitro tanpa alasan yang jelas. Dulu, Dina sama sekali tak melihat tanda-tanda ketidakberesan psikologis suami Tri tersebut.

“Saya sering kemari [tempat tinggal Tri]. Saya juga sering ketemu Pakde [panggilan untuk Wiryono]. Saya malah sering nggojeki [bercanda]. Walau saya pernah bilang dia gila, tapi dia selalu menganggapnya sebagai bahan candaan. Makanya saya kaget, bagaimana Pak Wir bisa melakukan itu [membacok Slamet]? Padahal saya dan Bu Ndari [Tri] enggak pernah disakiti,” papar dia saat ditemui

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif