Jogja
Jumat, 26 Juni 2015 - 08:20 WIB

BANDARA KULONPROGO : Sudah Waktunya Ada Bandara Baru

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bandara Adisutjipto (dok Harian Jogja)

Bandara Kulonprogo atau bandara pengganti diperlukan lantaran jumlah penerbangan di Jogja semakin tinggi.

Harianjogja.com, SLEMAN – Lanud Adisutjipto menilai sudah waktunya di Jogja ada bandara baru, mengingat padatnya lalulintas udara bagi pesawat yang akan mendarat di bumi Maguwo itu. Latihan TNI AU pun tak bisa dipisahkan dari Lanud yang berdiri di urutan kedua setelah Kalijati, Jawa Barat ini.

Advertisement

Danlanud Adisutjipto Marsma TNI Imran Baidirus mengatakan, terkait rencana pembangunan bandara baru sepenuhnya menjadi kewenangan Pemda DIY. Tetapi dia tidak menampik adanya kepadatan yang terjadi di Adisutjipto. Saat dimintai komentar terkait dicabutnya IPL pembangunan Bandara Kulonprogo, mantan penerbang tempur Hawk MK-53 ini pun memberikan sinyal, bahwa semestinya pencabutan itu tak perlu terjadi.

“Karena kita melihat intensitas penerbangan di Jogja terutama Adi kan sudah padat jadi kalau ada rencana pembangunan bandara baru memang sudah waktunya,” ucap lulusan AAU 1988 ini kepada Harianjogja.com, Rabu (24/6/2015) malam.

Imran menambahkan intensitas penumbang melalui jalur udara tujuan Jogja dimungkinkan akan terus bertambah. Sehingga kepadatan memang tak bisa dielakkan mengingat Adisutjipto juga sebagai home base latihan Sekbang TNI AU. Sementara melihat kondisi Lanud tidak memungkinkan untuk dilakukan pengembangan fisik.

Advertisement

“Kami melihat memang sudah padat, kalau itu ada rencana dibangun [baru] akan lebih baik.
Kalau dikembangkan [Adisutjipto] seperti apa, ya memang kawasan segitu aja kan,” tegasnya.

Danlanud juga mengingatkan, kepadatan yang terjadi bukan karena kesalahan TNI AU yang memanfaatkannya sebagai latihan.

“Jangan sampai diputarbalikkan, nanti dikira TNI AU yang menganggu. Lanud Adi itu milik TNI AU. Ibaratnya, masak ibu kos mau diusir sama anak kos,” ucapnya.

Advertisement

Kepala Dinas Operasi Lanud Adisutjipto Letkol Pnb Bonang Bayu Aji Gautama menambahkan, dari sejarah, Lanud Adi sejak berdiri digunakan sebagai latihan Sekbang. Pihak Lanud telah mengakomodasi kepentingan nasional melalui kerjasama kebandaraan kemudian bisa digunakan untuk pesawat komersial.

“Tapi Lanud Adisutjipto sebagai pemegang otoritas tertinggi tetap utamakan penerbangan militer,” ungkapnya.

Dalam sehari, lanjutnya, Lanud memakai sekitar 80 penerbangan. Total 160 kali take off landing. Penerbangan itu untuk melayani bina terbang Sekbang 48 siswa, Sekolah Instruktur Penerbang (SIP) 14 siswa dan Sekolah Navigator (Seknav) sembilan siswa.

Pembagian penerbangan telah dilakukan secara merata antara militer dan komersial. Ia mencontohkan, tiap satu jam, ada 20 penerbangan, telah dibagi militer dan sipil masing-masing 10 penerbangan. Dalam sehari total bisa mencapai 360 take off landing dengan pembagian merata pula.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif