Soloraya
Selasa, 23 Juni 2015 - 06:50 WIB

KEKERINGAN SUKOHARJO : Petani Optimalkan Mesin Pompa Irigasi

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pompa Air (ilustrasi/JIBI/dok)

Musim kemarau telah tiba. Petani Sukoharjo mengoptimalkan mesin pompa.

Solopos.com, SUKOHARJO –Sebagian petani di Kecamatan Nguter akan mengoptimalkan mesin pompa air untuk mengairi lahan pertanian selama musim kemarau. Hal ini dilakukan lantaran pasokan air ke sawah cukup minim.

Advertisement

Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur, Jigong Sarjanto, mengatakan biasanya lahan pertanian yang kurang mendapat pasokan air dari Dam Colo akan mengandalkan pompanisasi selama musim kemarau. Mesin pompa digunakan untuk menyedot air yang dialirkan ke sawah. “Ada sekitar 2.000 hektare sawah yang kurang mendapat pasokan air dari Dam Colo. Lahan pertanian itu terletak di perbatasan wilayah antara Sukoharjo dengan Karanganyar,” katanya kepada solopos.com, Senin (22/6/2015).

Menurut dia, tak semua petani di wilayah Nguter menanam padi saat musim kemarau. Para petani yang mempunyai lahan persawahan dengan pasokan air minim memilih menanam palawija seperti jagung dan kacang tanah.

Para petani juga mengkhawatirkan hama wereng batang cokelat dan tikus yang kerap menyerang lahan pertanian. Hama wereng batang cokelat dapat berkembang biak cukup cepat. Biasanya, hama wereng memakan batang tanaman padi. “Petani akan menyemprot obat peptisida apabila ada serangan hama wereng,” ujar dia.

Advertisement

Dia menjelaskan sebagian lahan pertanian lainnya tetap mendapat pasokan air dari Dam Colo. Lahan pertanian itu terletak di sekitar Dam Colo sehingga tetap mendapat pasokan air selama musim kemarau. Luas lahan pertanian yang mendapat pasokan air dari Dam Colo sekitar 7.500 hektare. Rata-rata debit air Dam Colo sekitar 15 m3/detik. “Tak ada kendala karena pasokan air tetap ada saat musim kemarau kecuali pintu saluran Dam Colo ditutup,” terang dia.

Jigong membeberkan masa tanam (MT) di Sukoharjo lebih sedikit dibanding daerah lainnya. Masa tanampadi di Sukoharjo maksimal hanya dua kali dalam setahun. Sedangkan daerah lainnya seperti Sragen bisa tiga kali masa tanam. Kondisi ini dipengaruhi para petani cenderung malas untuk menanam padi setelah masa panen. “Para petani di Sragen bisa memanen padi tiga kali dalam setahun padahal pasokan airnya cukup minim.”

Di sisi lain, seorang petani asal Desa Daleman, Kecamatan Nguter, Daliman, 45, mengatakan biasanya para petani patungan untuk menyewa mesin pompa air. Mereka juga patungan untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) mesin pompa air. Masa panen padi MT II diprediksi pada Oktober mendatang.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif