Soloraya
Selasa, 23 Juni 2015 - 05:40 WIB

ASAL USUL : Asale: Batu Tempat Salat Kiai Qohhar di Bayat Klaten

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Darmo Suwignyo, 80, warga Dukuh Ngruweng, Desa Wiro, Bayat, Klaten menunjukkan tiga batu yang digunakan Kiai Abdul Qohhar, tokoh penyebar ajaran Islam untuk salat. Foto diambil Sabtu (20/12/2014). (Taufiq Sidik/JIBI/Solopos)

 

Asal usul kali ini mengenai tiga batu besar yang dulunya untuk tempat salat penyebar agama Islam di Bayat klaten.

Advertisement

Solopos.com, KLATEN — Di belakang rumah Darmo Suwignyo, 80, warga Dukuh Ngruweng, Desa Wiro, Bayat, Klaten, terdapat tiga batu besar yang terletak berimpitan. Batu dengan permukaan rata serta halus itu memiliki ukuran 1,5 meter x 50 sentimeter. Tak jauh dari tiga batu itu, sebuah kolam terisi air dengan kondisi tak terlalu jernih.

Warga meyakini batu serta kolam itu merupakan peninggalan Kiai Abdul Qohhar, seorang tokoh penyebar agama Islam desa setempat. Batu dimanfaatkan sang kiai bersama dua sahabatnya untuk salat saat kali pertama mendatangi desa tersebut.

Sementara, kolam yang berjarak sekitar lima meter dari batu dimanfaatkan untuk wudu. “Satu batu yang ada pada bagian tengah digunakan mbah [Kiai Abdul Qohhar], sementara dua batu lain digunakan untuk salat makmumnya, yakni dua sahabat Mbah Abdul Qohhar. Setelah pengikutnya semakin banyak, kemudian lokasi salat pindah ke masjid,” ujar Darmo yang mengaku sebagai salah satu buyut Kiai Abdul Qohhar saat ditemui Solopos.com di rumahnya.

Advertisement

Sunan Pandanaran

Darmo mengungkapkan Kiai Abdul Qohhar masih satu garis keturunan Sunan Pandanaran. Sunan tersebut dikenal sebagai salah satu tokoh penyebar ajaran Islam pada masa Kesultanan Demak dan dimakamkan di Gunung Jabalakat, Kecamatan Bayat.

Kiai Abdul Qohhar cukup terkenal di Desa Wiro dan sekitarnya. Sebanyak dua masjid dibangun sang kiai bersama pengikutnya di wilayah Bayat untuk memperluas penyebaran ajaran Islam.

Advertisement

Kiai Abdul Qohhar juga pernah diangkat menjadi abdi dalem Keraton Solo oleh Paku Buwono (PB) XI. “Saat menjadi abdi dalem, dia sudah terkenal dan menjadi kiai. Dia dipercaya untuk menjadi salah satu kiai di keraton,” tutur Darmo.

Soal kapan meninggalnya Kiai Abdul Qohhar, Darmo tak mengetahui persis. Dia menegaskan makam kiai beserta keluarga serta kerabatnya saat ini berada di kompleks Masjid Al Qohhar di Dukuh Ngruweng, Desa Wiro dan cukup terawat.

“Banyak yang datang untuk ziarah. Ada juga yang penasaran dengan batu yang dulu digunakan untuk salat,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif