News
Kamis, 18 Juni 2015 - 21:50 WIB

TEBING PANTAI SADRANAN LONGSOR : Proses Pencarian Dihentikan, Jumlah Korban Tewas Empat Orang

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Proses evakuasi korban longsor Pantai Sadranan, Rabu (17/6/2015) malam. (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Tebing Pantai Sadranan longsor mengakibatkan sejumlah korban tewas.

Solopos.com, GUNUNGKIDUL—Tim evakuasi memastikan korban runtuhnya tebing di Pantai Sadranan, Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, enam orang, empat di antara mereka meninggal dunia.

Advertisement

Kepastian itu didapat seusai tim menghentikan proses pencarian, Kamis (18/6/2015) pukul 15.00 WIB.
Ketua Tim Pengendali Operasi yang juga Kapolres Gunungkidul, AKBP Hariyanto, mengatakan rapat koordinasi antar tim sukarelawan menyatakan proses pencarian sudah maksimal. Tim evakuasi juga sudah mengerahkan anjing pelacak untuk mencari korban yang kemungkinan masih terperangkap di reruntuhan tebing. Namun, setelah mengupayakan berbagai cara, hasilnya tetap nihil.

“Sudah tidak ada lagi korban di sekitar lokasi. Oleh karenanya, kami sepakat pencarian dihentikan,” kata Hariyanto.

Advertisement

“Sudah tidak ada lagi korban di sekitar lokasi. Oleh karenanya, kami sepakat pencarian dihentikan,” kata Hariyanto.

Tebing di Pantai Sadranan runtuh pada Rabu siang. Malam harinya, AKBP Hariyanto mengatakan berdasarkan laporan, ada 11 orang yang terjebak tebing longsor. Dia menjelaskan, hasil pencarian sepanjang Kamis sekaligus meralat jumlah korban yang hilang.

“Setelah dicek ke lokasi tidak ditemukan korban lain. Anjing pelacak pun juga tidak menemukan apapun,” ujar mantan Kepala Sub Bidang Register dan Identifikasi Polda DIY itu.
Dia menjelaskan, informasi 11 korban hilang berdasarkan laporan dari pengunjung yang kehilangan sanak saudara atau temannya. Namun, laporan yang bisa dikonformasi hanya berasal dua keluarga, yakni keluarga Joko Susanto dan Deni Pinci Setiawan. Joko dan Deni adalah dua dari empat korban meninggal.

Advertisement

Hariyanto mengatakan seluruh korban meninggal sudah bisa diidentifikasi Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda DIY. Korban terakhir yang diketahui identitasnya adalah Tanti Asmawati. Dia dikenali beberapa saat setelah tim evakuasi memutuskan menghentikan pencarian. “Lengkap sudah jumlah korban, sesuai dengan laporan masyarakat,” kata dia.

Seluruh jenazah yang sudah teridentifikasi segera diserahkan kepada keluarga. Biaya perawatan jenazah hingga pengiriman ke rumah duka ditanggung oleh RSUD Wonosari.

Sementara itu, Koordinator SAR Satlinmas Wilayah II Gunungkidul Marjono mengatakan pencarian korban sudah maksimal. Berdasarkan pengalaman selama ini, dari jarak 10 meter, jasad korban lazimnya bisa tercium.
Sementara, hingga Kamis sore, tim evakuasi sudah tak bisa membaui jasad di lokasi longsor.

Advertisement

“Kalau memang ada [korban yang belum dievakuasi], pasti bisa tercium baunya. Apalagi air laut membuat bau itu makin menyengat, tapi hal tersebut tidak ada. Hasilnya sudah maksimal, di sekat-sekat batuan yang ada juga tidak ditemukan tanda-tanda ada korban yang tertinggal,” tutur Marjono.

Terpisah, Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polda DIY, AKBP Nyoman Edi, menjelaskan proses identifikasi menggunakan dua metode data yakni data medis dan data properti. Data medis meliputi ciri fisik korban, mulai dari bekas luka, sidik jari, susunan gigi. Sementara data properti berupa perlengkapan yang digunakan korban seperti pakaian yang dikenakan, anting atau tato. Tim harus berhati-hati dan teliti mengingat kondisi korban dalam keadaan yang tidak utuh lagi.

“Seluruh korban yang sudah teridentifikasi semuanya sudah sesuai dengan ciri gambaran medis dan propertinya,” ungkapnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif