Soloraya
Kamis, 18 Juni 2015 - 19:40 WIB

CAGAR BUDAYA BOYOLALI : Kisah Mistis Gajah Ndekem Cepokosawit, Awas Bisa Kualat, Kemaluan Membengkak!

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Situs Gajah Dekem di Desa Cepokosawit Boyolali (Kharisma DR/JIBI/Solopos)

Cagar Budaya Boyolali berupa situs Gajah Ndekem butuh perhatian.

Solopos.com, BOYOLALI — Situs Gajah Ndekem merupakan salah satu cagar budaya di Boyolali. Terletak di Dukuh Senden, Desa Cepokosawit, Boyolali situs ini merupakan peninggalan Kerajaan Mataran Kuno.

Advertisement

Kisah mistis melingkupi situs Gajah Ndekem. Nama tersebut disematkan, lantaran arca itu berupa gajah duduk seperti bersembunyi atau dalam bahasa Jawa dikenal dekem, sehingga situs ini diberi nama situs Gajah Ndekem.

“Siapa yang berani nunggangi mbah gajah, bisa kuwalat. Waktu saya kecil, saya hanya dapat memandangi saja, tidak berani macam-macam, apalagi sampai menunggangi punggungnya,” tutur Wurianta, Sekretaris Desa Cepokosawit, saat menemani Solopos.com menilik kondisi situs Gajah Ndekem di Dukuh Senden, Desa Cepokosawit, Boyolali, Rabu (17/6/2015) siang.

Advertisement

“Siapa yang berani nunggangi mbah gajah, bisa kuwalat. Waktu saya kecil, saya hanya dapat memandangi saja, tidak berani macam-macam, apalagi sampai menunggangi punggungnya,” tutur Wurianta, Sekretaris Desa Cepokosawit, saat menemani Solopos.com menilik kondisi situs Gajah Ndekem di Dukuh Senden, Desa Cepokosawit, Boyolali, Rabu (17/6/2015) siang.

Menurut cerita yang berkembang, siapapun yang berani menunggangi punggung sang gajah, maka kemaluannya akan membengkak dan mengalami sakit luar biasa di bagian tersebut.

Diakui Wurianta, tak satupun orang yang berani bertingkah aneh apalagi sampai menunggangi sang gajah walau sekadar berfoto selfie dengan posisi seolah-olah menunggangi sekalipun.

Advertisement

Wurianta yang sedari kecil tinggal di Desa Cepokosawit mengatakan situs tersebut memang memiliki banyak cerita yang berkembang dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. Cerita-cerita seperti itu, entah darimana asalnya, serta benar dan tidaknya tak ada seorang pun yang mengetahui secara pasti.

Kembali ke cerita di balik asal-usul situs Gajah ndekem, tak banyak warga yang tahu sejarah riil situs tersebut. Salah seorang warga sesepuh dari RT 008/RW 002 Dukuh Senden, Desa Cepokosawit, Sukimin, mengatakan gajah tersebut dulunya datang dari Prambanan. Dia berubah menjadi arca penjaga emas yang dipercaya berada di bawah permukaan tanah, tepat di bawah kaki sang gajah.

“Itu dulu tidak hanya arca gajah. Ada banyak pusaka, arca perempuan bersimpuh, arca kepala kambing, dan masih banyak lagi, tapi sudah dipindahkan ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala di Prambanan. Hanya arca gajah ini saja yang tidak bisa dipindahkan,” kata dia saat dijumpai Solopos.com di  lokasi situs Gajah Ndekem, Rabu.

Advertisement

Sementara itu versi lain dari naskah yang tersimpan di Kantor Desa Cepokosawit mengatakan cerita situs Gajah Ndekem berawal dari kerajaan Mataram Kuno.

Di tengah huru-hara perebutan tahta kerajaan, salah satu anggota kerajaan, Pangeran Eling-Eling, kalah perang. Dalam pelariannya, gajah putih yang mengangkut perhiasan dan harta bendanya diubah menjadi arca untuk mencegah perampasan harta oleh kawanan musuh.

 

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif