Jatim
Sabtu, 13 Juni 2015 - 15:05 WIB

SENIMAN NGAWI : Jangan Jijik, Kotoran Sapi Ini Dipamerkan di Mana-Mana

Redaksi Solopos.com  /  Aries Susanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bramantyo Prijosusilo menunjukkan karya seni dinamisasi nilai berupa kotoran sapi.(JIBI/Solopos/Aries Susanto)

Seniman Ngawi yang satu ini menyulap kotoran sapi menjadi emas. Bagaimana kisahnya?

Madiunpos.com, NGAWI – Bramantyo Prijosusilo adalah seniman yang tergolong ekstrem dalam karya-karya ciptanya. Pria asli Ngawi, JawaTimur ini acapkali menggelar happening art yang cukup kontroversial. Selain pernikahan peri dengan manusia yang menghebohkan itu, lelaki berewok lebat ini diam-diam memiliki karya nyleneh berupa seni kotoran hewan.

Advertisement

Ketika berkunjung di kediamannya Desa Sekaralas, Kecamatan Widodaren, Ngawi, Madiun Pos sempat “disuguhi” sejumlah karya uniknya itu. Beberapa kotoran sapi nampak telah mengeras disimpan dan dirawat dengan baik di rumahnya. Sebagai karya seni, kotoran sapi itu ternyata telah berusia belasan tahun.

“Saya ingin buktikan ilmu tai [tinja] bisa menjadi emas. Dan ini adalah buktinya,” ujar Bramantyo saat menunjukkan karyanya itu, Minggu (7/6/2015) pekan lalu.

Kotoran-kotoran sapi itu, kata Bram, adalah sedikit dari sekian banyak karyanya yang masih tersisa. Yang lainnya pecah, rusak, dan tak memungkinkan dirawat lagi. Ketika dihelat ajang pameran seni rupa, kotoran sapi itu acapkali nangkring di etalase atau ruang-ruang pameran.

Advertisement

“Ini adalah bagian dari ilmu dinamisasi nilai. Sesuatu yang tak bernilai akan menjadi bernilai melalui proses dinamisasi. Caranya ya dengan dirawat, dikasih minyak wangi, dikasih menyan, dibawa ke berbagai penjuru dunia, dikenalkan tokoh-tokoh, lama-lama akan bernilai,” paparnya.

Bukan itu saja Bram membikin karya nyleneh. Sejak 1999 sampai sekarang, bapak berputra tiga ini juga masih membikin karya seni dinamisasi nilai melalui pengumpulan keringat manusia dan sumber mata air di dunia. Caranya, setiap berjumpa dengan manusia atau air yang menurutnya layak, ia mintai setetes dan sebotol air, lalu ia himpun dalam sebuah botol.

“Sampai sekarang, aktivitas itu masih terus berlangsung,” ujarnya.

Advertisement

Ilmu dinamisasi nilai itu pernah juga ia gunakan ketika Indonesia dilanda badai krisis ekonomi. Saat itu, ia ingin melelang kentut manusia kepada publik. Sayang, rencananya itu tak terwujud lantaran tak dapat izin dari penguasa Orde Baru kala itu.

“Saat itu, saya ingin melelang kentut Mbak Tutut [putri Presiden Soehatro kala itu]. Tapi, setelah saya izin Pak Harmoko, ternyata ditolak,” kisahnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif