Soloraya
Sabtu, 13 Juni 2015 - 23:30 WIB

SBC 2015 : Inilah yang Bikin SBC VIII Tak Membosankan Meski Sudah 7 Kali Digelar

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peserta Solo Batik Carnival beraksi di sepanjang Jl Slamet Riyadi, Solo, Sabtu (13/6/2015). (JIBI/Solopos/ Sunaryo Haryo Bayu)

SBC 2015 dinilai menghadirkan hal baru yang membuatnya tak membosankan.

Solopos.com, SOLO — Setelah hampir satu jam menyusuri rute karnaval dari Stadion Sriwedari menuju Jl. Jendral Sudirman (Jensud), semangat peserta Solo Batik Carnival (SBC) VIII pecah di depan kantor Bank Indonesia (BI), Sabtu (13/6/2015) sore. Kelelahan mereka hilang melihat sorak sorai penonton di pinggiran jalan.

Advertisement

Sebagai punggawa karnaval, Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, terus memompa semangat para peserta. Berjalan di bagian depan, Rudy, ditemani Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan, Kementerian Pariwisata, Ahman Sya; Wakil Wali Kota Solo, Achmad Purnomo; Kepala Disbudpar Solo, Eny Tyasni Suzana; dan perwakilan Yayasan SBC, Santo. Mereka mengenakan kostum karnaval dengan warna-warna berbeda yaitu merah, putih, hitam dan kuning sebagai simbol tema utama tahun ini bertajuk Mancavarna.

Berada di belakang Rudy dan para punggawa karnaval lainnya, sebuah truk trailer sepanjang 15 meter memecah keramaian dengan gending-gending Jawa yang ceria. Sesampainya di venue utama, yaitu depan Kantor BI Solo, mereka berhenti sejenak diikuti tari-tarian bertema Sedulur Papat dengan kostum serba putih.

Tarian serupa dilanjutkan oleh peserta lainnya yang terbagi dalam empat kelompok warna yaitu merah, kuning, hitam dan warna kolaborasi keempatnya. “Ini yang membedakan SBC tahun sebelumnya dan sekarang. Kami diiringi musik gamelan di atas truk trailler dengan konsep yang semakin matang,” ucap Kepala Disbudpar Solo, Eny Tyasni Suzana.

Advertisement

Keceriaan yang dibawa gamelan Jawa di atas truk trailler dan busana beraneka warna ini terbukti mampu menghipnotis penonton. Masyarakat Solo berpesta di antara warna-warna Mancavarna yaitu merah, kuning, putih dan hitam yang diambil dari kosmologi Jawa bernama pancawarna. Pancawarna ini berarti sedulur papat lima pancer yang melambangkan perpaduan hawa nafsu manusia.

Sore itu ada yang ikut bergoyang bersama alunan gamelan, berfoto ria atau sekadar menikmati keindahan parade kostum batik tahunan ini. Meski sudah diadakan selama hampir delapan tahun berturut-turut event ini rupanya masih ditunggu-tunggu. Masyarakat dari berbagai kalangan berbaur menjadi satu.

Saking antusiasnya, mereka yang awalnya berada di pinggir jalan Jensud, kompak maju ke depan untuk melihat lebih jelas para peserta karnaval. Warga Sangkrah, Solo, Etik, 25, yang datang bersama anaknya mengaku selalu kagum kostum yang ditampilkan para peserta karnaval. “Makanya saya tidak pernah bosan, soalnya hampir setiap tahun memiliki tema yang berbeda-beda. Setiap tahun saya selalu nonton,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif