Soloraya
Sabtu, 13 Juni 2015 - 08:30 WIB

PUTRA JOKOWI NIKAH : Mengais Rezeki dari Karangan Bunga Bekas Gibran-Selvi

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga mengais karangan bunga bekas pernikahan Gibran Rakabuming Raka dengan Selvi Ananda di Jl. Letjend Suprapto, Banjarsari, Solo, Jumat (12/6/2015). (Irawan Sapto Adi/JIBI/Solopos)

Putra Jokowi nikah 11 Juni 2015. Seribuan karangan bunga memadati Jl Letjen Suprapto Banjarsari.

Solopos.com, SOLO — Karangan bunga di Jl. Letjend Suprapto, Kecamatan Banjarsari, Solo, tidak lagi berjajar rapi, Jumat (12/6) pagi. Sebagian besar karangan bunga yang menjadi wujud ungkapan selamat kepada pengantin baru Gibran Rakabuming Raka dan Selvi Ananda tersebut dalam keadaan roboh.

Advertisement

Hampir tidak ada pengendara kendaraan bermotor yang peduli terkait seribuan karangan bunga yang tidak tertata rapi di tepi Jl. Letjend Suprapto. Hanya sedikit dari mereka yang sepintas melirik. Namun, ketidakpedulian tersebut tidak berlaku bagi sepuluhan orang, terdiri dari pejalan kaki dan pengayuh becak.

Pantauan Solopos.com, Jumat pukul 08.10 WIB, sepuluhan orang dari beragam usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua menyebar di kedua sisi Jl. Letjend Suprapto. Mereka menyisir jalan untuk mengamati setiap karangan bunga. Tdak sedikit dari mereka bahkan sampai membolak-balikan karangan bunga yang telah roboh.

Advertisement

Pantauan Solopos.com, Jumat pukul 08.10 WIB, sepuluhan orang dari beragam usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua menyebar di kedua sisi Jl. Letjend Suprapto. Mereka menyisir jalan untuk mengamati setiap karangan bunga. Tdak sedikit dari mereka bahkan sampai membolak-balikan karangan bunga yang telah roboh.

“Lagi cari bunga. Karangan bunga biasanya memang dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya setelah acara [pernikahan]. Jadi bisa dimanfaatkan bebas,” kata warga Kecamatan Baki, Sukoharjo, Suyanto, 47, kepada Solopos.com saat tengah mengorek karangan bunga di Jl. Letjend Suprapto, Jumat.

Rebutan Warga

Advertisement

“Saya tadi [Jumat] datang ke sini [Jl. Letjend Suprapto] sekitar pukul 07.30 WIB. Sampai sini, ternyata banyak karangan bunga yang rusak karena sudah diobrak-abrik orang lain. Mungkin tadi pukul 06.00 WIB di sini sudah ramai orang mencari karangan bunga,” ujar Suyanto yang datang mengendarai becak.

Disinggung mengenai manfaat karangan bunga bekas, Suyatno mengaku bisa menjual ulang. Dia optimis, mulai dari bunga-bunga, papan persegi atau sterofome, hingga bambu penyusun karangan bunga bisa diuangkan.

Meski demikian, Suyatno enggan menyebutkan tempat yang mau membeli berbagai barang, khususnya bunga dari karangan bunga bekas itu.

Advertisement

“Kalau [bunga] masih bagus, sana [pembeli] kemungkian mau terima. Gabus kalau enggak patah, kadang juga mau. Kalau bambu bisa dipakai sendiri di rumah atau juga bisa dijual,” jelas Suyatno sambil mengangkat muatan berupa bambu ke becaknya.

Saat dimintai tanggapan, Pemilik Toko Bunga Soemardja di Jl. Slamet Riyadi, Solo, Evi Soemardjan, menilai bunga yang diambil dari karangan bunga bekas tidaklah laku dijual.

Selain kualitas buruk, menurut dia, bunga bekas sulit diolah lagi untuk dijadikan karangan bunga. Hanya papan persegi dan tiang dari karangsn bunga bekas yang bisa dimanfaatkan lagi.

Advertisement

“Saya yakin tidak ada penjual bunga mana pun yang mau membeli bunga dari karangan bunga bekas. Masyarakat perlu tahu itu. Bunga apapun yang bekas [untuk karangan bnga] cenderung layu dan batangnya pendek lantaran sudah dipotong. Bunga tidak bisa digunakan,” kata Evi.

Evi menceritakan dua pengayuh becak sempat datang menawarkan bunga bekas yang diperoleh dari karangan bunga di Jl. Letjend Suprapto, Jumat pukul 09.00 WIB. Namun, lanjut dia, bunga tersebut ditolak, pun oleh pedagang bunga lain di Jl. Slamet Riyadi.

Menurut Evi, jumlah karangan bunga untuk pernikahan putra Presiden tergolong banyak ketimbang acara pernikahan pejabat lain di Solo khususnya.

“Penjual kan harus jaga kualitas. Ada [pedagang bunga] yang beli papan persegi bekas, tapi kalau saya tidak mau. Harus jaga kepercayaan pembeli. Pembeli kan lihat karangan bunga di lokasi pernikahan. Meski enggak diliat, tetep juga harus jaga kepercayaan itu,” kata Evi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif