Jogja
Sabtu, 6 Juni 2015 - 22:20 WIB

ADAT KULONPROGO : Kirab Gumbregi Ruwat Kambing Etawa

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Upacara adat gumbregi (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Adat di Kulonprogo salah satunya adalah ruwat ternak melalui upacara gumbregi

Harianjogja.com, KULONPROGO- Puluhan kambing etawa milik warga Dusun Karang Gede diruwat dalam upacara tradisi gumbregi, Jumat (5/6/2015). Upacara adat tersebut sudah menjadi tradisi tahunan yang digelar warga Desa Jatimulyo.

Advertisement

“Kambing etawa adalah potensi ternak unggulan di desa ini. Setiap tahunnya kami pun melakukan tradisi ini agar setahun ke depan budidaya menjadi lebih baik dan kesejahteraan warga juga semakin meningkat,” ujar Kepala Dusun Karang Gede Suparno, di sela kegiatan.

Suparno mengatakan, tradisi gumbregi digelar setiap tahun pasca panen padi. Ritual tersebut juga menjadi tradisi untuk meruwat ternak agar dapat terus berkembang biak. Di awali iring-iringan kirab bregada prajurit rakyat, tradisi tersebut membuat ratusan warga dari beberapa dusun berdatangan untuk menyaksikan.

Advertisement

Suparno mengatakan, tradisi gumbregi digelar setiap tahun pasca panen padi. Ritual tersebut juga menjadi tradisi untuk meruwat ternak agar dapat terus berkembang biak. Di awali iring-iringan kirab bregada prajurit rakyat, tradisi tersebut membuat ratusan warga dari beberapa dusun berdatangan untuk menyaksikan.

“Ritual ini mengumpulkan hewan besar atau kecil, seperti kambing dan sapi untuk diselamati. Tujuannya, agar hewan ternak dapat terus berkembang biak, sehingga memberikan kesejahteraan bagi warga sekitar,” papar Suparno.

Namun, upacara adat tersebut pada intinya wujud ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunia yang diberikan kepada seluruh warga desa. Harapannya, dalam setahun ke depan limpahan karunia dan rejeki dapat terus diberikan kepada desa ini.

Advertisement

Dia menjelaskan, ketupat menjadi simbol penyatuan antara masyarakat desa dan pemerintah.  Sedangkan tempe goreng adalah makanan sehari-hari warga desa yang dimaknai sebagai kehidupan yang senantiasa selalu dalam kesederhanaan.

“Satu lagi adalah pelas tawon, yakni makanan sejenis botok yang bahan baku utamanya adalah anak-anak tawon atau lebah. Makanan ini menyimbolkan persatuan seperti anak-anak lebah yang saling berkumpul untuk menyatukan diri agar menjadi lebih kuat,” jelas Suparno.

Tradisi ini diikuti ratusan warga dan puluhan kambing etawa, baik milik warga maupun bantuan dari Dinas Peternakan. Suminto, salah satu pemilik ternak berharap, ke depan kambing etawa yang dipelihara dan dibudidayakannya lebih sehat. Dalam ritual ini, kambing berbadan tegap dan gagah ini juga diberikan tiga makanan yang menjadi ciri khas desa ini.

Advertisement

“Setiap tahun saya selalu mengikuti tradisi ini. Tujuannya, biar ternak semakin sehat dan gemuk.  Ritual ini juga diharapkan dapat memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi warga sekitar,” ungkap Suminto.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Dinbudparpora) Kulonprogo Krissutanto menandaskan, kegiatan ini merupakan acara adiluhung yang harus terus dilestarikan. Pihaknya mengaku, ke depan acara-acara adat seperti ini dapat diinventaris agar dapat dilestarikan dan dikenal masyarakat luas.

“Kami berharap, acara seperti ini dapat terus berlanjut. Tentunya agar tradisi semacam ini dapat tetap lestari dan tidak menghilang, sehingga generasi muda dapat turut serta menjaga dan melestarikannya,” tandas Kris.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif