Lifestyle
Jumat, 5 Juni 2015 - 12:50 WIB

KULINER KAMPUS : Kantin Mbok Jum, Sering Dikangeni Para Alumni UNS

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu menu makanan yang disajikan kantin Mbok Jum (Eni Widiastuti/JIBI/Solopos)

Kuliner kampus sangat beragam salah satunya kantin Mbok Jum yang berada di UNS.

Solopos.com, SOLO-Kantin ibarat teman bagi kebanyakan mahasiswa. Karena kebanyakan mahasiswa tinggal di kos dan jarang memasak, kantin menjadi teman setia untuk mengobati rasa lapar.

Advertisement

Di Universitas Sebelas Maret (UNS), hampir setiap fakultas memiliki kantin. Pelaksana Humas UNS, Bahtiar mengungkapkan dari semua kantin di UNS, kantin Mbok Jum yang terletak di belakang gedung Koperasi Mahasiswa UNS, adalah yang paling awet. Sejak tahun 1979, kantin tersebut dikelola orang yang sama yaitu Jumiyati atau yang terkenal dengan nama Mbok Jum.

“Kantin Mbok Jum itu melegenda. Hampir semua mahasiswa UNS dari angkatan awal dulu, tahu Mbok Jum,” ungkapnya saat saya temui di ruang Humas dan Kerja Sama UNS, Senin (1/6/2015).

Advertisement

“Kantin Mbok Jum itu melegenda. Hampir semua mahasiswa UNS dari angkatan awal dulu, tahu Mbok Jum,” ungkapnya saat saya temui di ruang Humas dan Kerja Sama UNS, Senin (1/6/2015).

Biasanya ketika ada alumni UNS yang datang ke kampus, ungkapnya, banyak yang menanyakan apakah Mbok Jum masih ada atau tidak. “Alumni yang kini jadi pejabat di banyak lembaga kalau ke sini ada yang suka menanyakan Mbok Jum. Kadang mereka ada yang menyempatkan diri ke kantin Mbok Jum,” terangnya.

Jumiyati atau yang lebih dikenal Mbok Jum (JIBI/Solopos/Eni Widiastuti)

Advertisement

Saya sendiri termasuk salah satu alumni UNS yang beberapa kali pernah makan di kantin Mbok Jum, semasa kuliah dulu. Ketika saya mendatangi kantin Mbok Jum, Senin, suasana kantinnya tidak jauh berbeda dengan suasana kantin Mbok Jum sekitar belasan tahun silam. Penataan meja kursi atau pun tempat penyajian makanan, sepertinya tidak berubah.
Puluhan orang duduk di kursi sambil menikmati aneka hidangan yang sudah mereka pesan. Tak sedikit di antara mereka yang sudah selesai makan dan dilanjutkan mengobrol santai dengan teman-temannya.

Senin lalu, Mbok Jum menyediakan menu pecel, gudeg sambel goreng, soto, nasi urap, aneka lauk dan minuman. Lauk yang disediakan antara lain tempe goreng, bandeng, galantin, telur dadar, telur coklat, ayam goreng, usus goreng, lele goreng.

Saya pun tertarik untuk menikmati nasi pecel dengan lauk telur dadar, rendang daging sapi dan krecek, perkedel kentang dan segelas es beras kencur. Saya sengaja minta nasi sedikit, karena ingin mencicipi beberapa lauk yang disediakan.

Advertisement

Hmmm, rasanya nikmat sekali. Nasinya yang masih hangat sangat pas dinikmati dengan pecel. Telur dadar yang diberi irisan luncang menjadi lauk yang cocok untuk teman menyantap nasi pecel. Bayam dan tauge yang direbus menjadi komponen sayuran pecel yang disediakan. Bumbu pecelnya tidak terlalu pedas. Daging sapi giling yang dibentuk bulatan kecil lalu direndang dengan krecek juga menjadi lauk yang pas untuk menikmati nasi pecel. Untuk menikmati semua menu itu, saya cukup membayar Rp8.000. Menurut saya, harganya sangat murah.

Mbok Jum mengungkapkan jika sedang ramai omzet penjualannya bisa mencapai Rp3 juta/hari. Jika agak sepi, biasanya hanya mendapatkan Rp1,5 juta/hari. Ketika ditanya apa resepnya sehingga bisa bertahan lama berjualan di UNS, Mbok Jum mengatakan masakan yang enak dimakan menjadi kuncinya. Karena segmen pasarnya mahasiswa, Mbok Jum tidak mematok harga mahal.

“Kalau harganya mahal, pelanggan lari ke tempat lain. Karena harganya murah, untungnya memang sedikit. Tapi cukup untuk menggaji enam karyawan dan kebutuhan keluarga saya,” ujarnya.

Advertisement

Selain itu, ungkapnya, ia juga bersedia memberikan utangan kepada pelanggan yang mengaku tidak punya uang. Mbok Jum menceritakan, kadang ada mahasiswa yang jujur bilang minta utang dulu untuk makanan yang dinikmati.

Mbok Jum mengungkapkan ia memiliki pengalaman menarik ketika puluhan mahasiswa UNS mengadakan reuni beberapa waktu lalu. Saat itu, mereka memberikan uang kepada Mbok Jum Rp2 juta. Awalnya Mbok Jum menolak. Tapi salah satu dari alumni itu yang mengatakan bahwa uang itu sebagai pengganti karena semasa menjadi mahasiswa dulu, ada di antara mereka yang terpaksa makan di kantin Mbok Jum tapi tidak membayar karena tidak punya uang.

“Entah mereka bercanda atau serius saya tidak tahu. Selama ini saya percaya saja sama mereka,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif