Soloraya
Kamis, 4 Juni 2015 - 17:00 WIB

KELANGKAAN ELPIJI : Pangkalan dan Pengecer di Sukoharjo Dituduh Timbun Gas Melon

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tandai biar tidak beli lagi (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)-004

Kelangkaan elpiji 3 kg membuat pangkalan dan pengecer menjadi sasaran tudingan konsumen.

Solopos.com, SUKOHARJO — Kalangan pangkalan dan pengecer gas dituding menimbun elpiji 3 kg atau gas melon. Tudingan ini muncul lantaran konsumen sulit mendapatkan bahan bakar pokok itu.

Advertisement

Pemilik pangkalan gas melon di Kampung Sukoharjo, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Sri Wahyuningsih, 49, di rumah sekaligus pangkalannya, Kamis (4/6)/2015, mengaku sudah biasa dituduh konsumen menimbun gas. Dia mengaku sakit hati karena sejak memiliki pangkalan 2007 lalu, dia mengklaim tidak pernah menimbun gas.

Kendati demikian Sri tidak mempermasalahkannya. Dia menyadari konsumen yang menyampaikan hal seperti itu karena kesal akibat sulit mendapatkan gas melon. “Biasanya konsumen menuduh dengan cara halus. Waktu stok saya habis misalnya, ada konsumen yang menceletuk minta saya mengeluarkan gas yang saya simpan. Kalau sudah begitu paling saya hanya mempersilakannya mengecek ke dalam rumah,” kata Sri.

Dia merasa kasihan banyak konsumen yang tidak kebagian elpiji 3 kg yang dijualnya. Setiap pasokan dari agen datang, elpiji 3 kg yang dijualnya langsung habis hanya dalam beberapa menit. Bahkan sebelum agen menyetok, para konsumen sudah mengantre menunggu.

Advertisement

Seluruh konsumen sudah mengetahui jadwal kedatangan pasokan agen ke pangkalannya. Pangkalan Sri mendapat alokasi 110 tabung setiap dua hari sekali. Dia menjual seharga Rp16.000/tabung baik kepada konsumen rumah tangga maupun pengecer. “Tapi sejak sebulan terakhir pengecer yang kulak hanya saya kasih dua-tiga tabung, biar konsumen lain kebagian,” imbuh Sri.

Menurut dia ketersediaan gas melon pada bulan ini sudah mulai mencukupi, karena agen menambah kuota fakultatif. Biasanya Sri mendapat alokasi 110 tabung, sejak Selasa (2/6/2015) lalu dia mendapat tambahan 50 tabung, sehingga alokasi menjadi 160 tabung. Dia menilai tambahan kuota itu sedikit membantu masyarakat.

“Saat gas melon sulit didapat, pengecer hanya saya kasih dua tabung. Setelah kuota ditambah bisa saya kasih empat-lima tabung. Dengan begitu berarti pengecer bisa melayani permintaan masyarakat lebih banyak lagi,” ulas Sri.

Advertisement

Pengecer asal Perumahan Bambu Kuning II, Kelurahan Sukoharjo, Agus, mengaku kehilangan banyak pelanggan karena tidak mau lagi membeli gas melon darinya. Pelanggan itu merupakan konsumen yang biasanya mendapat jatah darinya, namun sejak sebulan terakhir tidak lagi mendapat jatah. Atas kondisi itu mereka secara terang-terangan menuduhnya menimbun gas melon.

“Saya enggak mau beli lagi dari kamu. Gas langka seperti ini paling karena gasnya kamu timbun. Konsumen bilang begitu sama saya. Saya enggak tahu apa-apa soal kelangkaan gas melon malah dituduh macam-macam,” kata dia.

Pemilik pangkalan gas melon di Kampung Sukoharjo lain, Dino Haryadi, mengaku sudah mendapat tambahan kuota fakultatif. Biasanya dia mendapat alokasi 130 tabung/hari, sejak 1 Juni lali meningkat menjadi 210 tabung/hari.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif