News
Rabu, 3 Juni 2015 - 23:35 WIB

DEMAM BATU AKIK : Batu Lavender 3,5 Kuintal Ditemukan di Prambanan , Ini Penampakannya

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Juwanto (kanan) dan Sayono (kiri) saat menunjukkan batu yang bisa diolah menjadi akik di rumahnya, Rabu (3/6/2015). Batu itu ditemukan di salahsatu perbukitan Prambanan. (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Demam batu akik belum berakhir. Pada saat yang sama, muncul penemuan batu lavender seberat 3,5 kuintal di Prambanan.

Solopos.com, SLEMAN — Dua kakak beradik di Prambanan, Sleman, menemukan batu kristal lavender seberat 3,5 kuintal. Tapi mereka belum berniat menjual batu tersebut. Temuan itu menarik perhatian masyarakat, termasuk pecinta batu mulia.

Advertisement

Mereka adalah Juwanto, 28, dan Sayono, 38, warga RT 05 RW 11, Jatisari, Nawung, Desa Gayamharjo, Prambanan, Sleman. Setelah penemuan itu, rumah semi permanen mereka didatangi sejumlah warga hingga Rabu (3/6/2015) siang.

Batu itu berdiameter sekitar 1 m dan terbagi menjadi dua. Sayono meletakkan sebagian di dekat pintu toko kelontong miliknya. Sebagian lagi disimpan di atas meja dalam rumah. Butuh tiga hingga empat orang untuk bisa memindahkan sebagian batu akik tersebut.

Advertisement

Batu itu berdiameter sekitar 1 m dan terbagi menjadi dua. Sayono meletakkan sebagian di dekat pintu toko kelontong miliknya. Sebagian lagi disimpan di atas meja dalam rumah. Butuh tiga hingga empat orang untuk bisa memindahkan sebagian batu akik tersebut.

Kedua batu itu sebenarnya dalam satu bongkahan. Di tengahnya terdapat rongga yang terbagi dua. Bukan dipecah oleh tangan manusia, melainkan oleh akar pohon sonokeling di lokasi tersebut secara alami. “Di tengah rongga batu ada akar Sono Keling, saya angkat pakai linggis sudah terbagi dua,” ujar Sayono sembari mengangkat ponselnya yang cukup lama berbunyi.

Tekstur batu itu berbeda dengan bebatuan lain. Bagian luar beragam warna, seperti putih, hijau, kekuningan, dan dominan coklat muda. Dominasi warna setebal sekitar 15 sentimeter itu melindungi gumpalan batu kristal lavender di dalamnya.

Advertisement

Juwanto menjadi orang pertama yang menemukan batu itu. Dia bukan penggemar batu akik, bahkan tak pernah berniat mencari batu yang bisa dipoles jadi akik. Tetapi langkah kakinya di siang hari pada Sabtu (30/5/2015) pekan lalu mengantarkan pada temuan batu.

Saat itu Juwanto akan mencari rumput untuk makan ternak. Sebuah pereng di Dusun Gambirsawit desa setempat menjadi tujuan pencariannya. Tetapi di tengah usaha mengumpulkan hijauan makan ternak tiba-tiba muncul seekor burung berwarna kuning. Juwanto pun tertarik menangkap burung itu karena tampak jinak. Tanpa disadari, usaha menangkap burung itu gagal dan berhenti di satu titik pereng bebatuan di lahan milik warga bernama Minto.

Rupanya pereng itu telah menjadi lokasi perburuan para pencari batu akik sebelumnya. Belum genap lima kali kaki melangkah, Juwanto melihat adanya batu unik yang celah berwarna putih. Separuh dari bongkahan batu itu sempat tertanam tanah dan bebatuan lain. Di lahan perbukitan milik Minto itulah batu ditemukan.

Advertisement

“Lalu hari Minggu [31/5/2015], saya mengajak kakak untuk mengambil batu tersebut,” ucap Juwanto. “Saya juga heran kenapa saat diajak itu langsung mau. Padahal tidak pernah berminat mencari batu akik, meski lagi booming,” timpal Sayono.

Dua pria yang sudah berumah tangga ini pun mengajak kerabat lainnya untuk mengevakuasi batu. Butuh waktu sekitar empat jam mengangkat dua batu itu sampai ke rumah Sayono. Berbekal linggis, keduanya pun mengevakuasi batu. Saat linggis ditusukkan tiga kali, batu dengan mudah terlepas jadi dua karena di dalamnya terdapat akar pohon. “Kami berdua tertegun, diam sampai 10 menit saat melihat kristalnya,” ucap Juwanto.

Rombongan evakuasi batu akik berjumlah empat orang itu sempat menyaksikan empat ekor ular seukuran bahu orang dewasa. “Kita sempat ditemui empat ekor ular di lokasi berbeda saat akan mengambil,” imbuh Sayono.

Advertisement

Sesampainya di rumah, kini batu itu menjadi tontonan warga. Setiap orang datang menyebut batu itu dengan nama kristal lavender. Baik Sayono maupun Juwanto, sama-sama belum berniat menjual batu akik temuannya. Selain itu belum ada pihak yang menawar. Tapi Sayono bersikukuh belum akan menjual batu itu meski ditawar mahal.

“Alasannya karena kata hati, kami belum terpikir untuk menjual, berapapun itu ditawar. Saya bukan penggemar batu akik, kata orang yang datang tiap kali menyebut ini kristal lavender,” tegas dia.

Hingga kini, belum pernah ditemukan batu mulia di perbukitan Prambanan. Karena kawasan itu berbatasan dengan Gunungkidul yang kondisi mineralnya lebih banyak bebatuan kapur. Temuan itu pun membuat Dinas Sumber Daya Air dan Mineral (SDAEM) Sleman merasa penasaran.

“Kami besok [hari ini]akan coba cek bersama tim geologi, seperti apa batunya untuk memastikan. Tingkat kekerasan batu dan lainnya,” tegas Kepala Dinas SDAEM Sleman Sapto Winarno.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif