News
Senin, 1 Juni 2015 - 20:15 WIB

LEBARAN 2015 : Menaker Minta THR Dibayarkan Paling Lambat H-14 Lebaran

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menteri Ketenagakerjaan Muhamad Hanif Dhakiri (JIBI/Solopos/Antara)

Lebaran 2015 segera tiba. Menaker mengimbau pengusaha membayarkan THR dua pekan sebelum lebaran.

Solopos.com, JAKARTA –  Perusahaan diminta membayar Tunjangan Hari Raya (THR) selambat-lambatnya dua pekan sebelum Lebaran Idul Fitri atau H-14.

Advertisement

“Kami mengimbau pembayaran THR dipercepat sehingga pekerja dapat menyambut Lebaran dengan penuh suka cita dan mempersiapkan mudik Lebaran secara lebih awal dan lebih baik tahun ini,” kata Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri di Jakarta, Senin (1/6/2015).

Dia mengatakan percepatan pembayaran THR itu diharapkan dapat membantu para pekerja dalam persiapan menyambut hari Lebaran termasuk mempersiapkan kegiatan mudik ke kampung halaman masing-masing.

Advertisement

Dia mengatakan percepatan pembayaran THR itu diharapkan dapat membantu para pekerja dalam persiapan menyambut hari Lebaran termasuk mempersiapkan kegiatan mudik ke kampung halaman masing-masing.

“Kalau berkaca pada regulasi maka pembayaran THR dilakukan paling lambat H-7, tapi saya sebagai Menteri Ketenagakerjaan mengimbau pembayaran dilakukan maksimal dua minggulah [sebelum Lebaran]. Pembayaran lebih awal agar pekerja dapat mempersiapkan mudik dengan baik,” kata Hanif.

Hanif mengatakan pembayaran THR bagi pekerja/buruh itu wajib diberikan sekali dalam setahun oleh perusahaan di mana pembayarannya disesuaikan dengan hari keagamaan masing-masing pekerja yang merayakannya.

Advertisement

Dalam aturan itu disebutkan setiap perusahaan yang mempekerjakan pekerja atau buruh wajib memberikan THR keagamaan kepada pekerja atau buruh yang telah mempunyai masa kerja tiga bulan secara terus-menerus atau lebih.

Bagi pekerja atau buruh yang telah bekerja selama 12 bulan secara terus menerus atau lebih berhak mendapat THR sebesar satu bulan upah sedangkan bagi mereka yang masa kerjanya lebih dari tiga bulan dan kurang dari 12 bulan, THR wajib diberikan secara proporsional yaitu jumlah bulan kerja dibagi 12 dikali satu bulan upah.

“Namun bagi perusahaan yang telah mengatur pembayaran THR keagamaan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan [PP] atau perjanjian kerja Bersama [PKB] dan ternyata lebih baik dari ketentuan tersebut, maka THR yang dibayarkan kepada pekerja atau buruh harus dilakukan berdasarkan pada PP atau PKB tersebut,” kata Hanif.

Advertisement

Sementara itu, Menaker memastikan pekerja dengan status outsourcing (alih daya) dan kontrak tetap berhak menerima THR.

Bahkan, sesuai peraturan bagi pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dalam batasan waktu 30 hari sebelum jatuh tempo Hari Raya Keagamaan tetap berhak atas THR.

“Dalam pembayaran THR tidak ada perbedaan status kerja. Para pekerja outsourcing maupun pekerja kontrak, asalkan telah bekerja selama tiga bulan atau lebih, maka berhak mendapatkan THR juga,” kata Hanif.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif