Jatim
Minggu, 31 Mei 2015 - 13:05 WIB

LABUH SESAJI SARANGAN : Inilah Legenda di Balik Prosesi Labuh Sesaji Sarangan

Redaksi Solopos.com  /  Aries Susanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Labihan Sesaji Sarangan (jawatimuran.wordpress.com)

Labuh sesaji Sarangan yang digelar setiap bulan ruwah memiliki legenda yang lahir secara turun temurun.

Madiunpos.com, MAGETAN – Satu di antara tradisi Nusantara yang masih hidup di Magetan Sarangan ialah labuh sesaji di Telaga Sarangan. Acara yang mampu mendatangkan ribuan wisatawan ini bahkan terus dikemas semenarik mungkin agar mampu berdampak ekonomi dan sosial.

Advertisement

Namun, tahukah bahwa lahirnya tradisi ini tak bisa dilepaskan dari  legenda sang penunggu Telaga Sarangan. Sejumlah sumber yang dihimpun Madiun Pos menyebutkan, tradisi ini lahir dan lestari sejak ratusan tahun silam. Masyarakat Sarangan setempat, terus menjalankan tradisi itusecara turun temurun hingga menjadi kekayaan budaya Nusantara saat ini.

Tradisi tahunan ini diadakan pada setiap Bulan Ruwah (Jawa), hari Jum’at Pon dengan prosesi utama Larung Tumpeng (Labuh Sesaji) ke Telaga Sarangan. Oleh Pemkab Magetan, acara ini lantas dikemas ulang hingga menjadi daya tarik wisatwan dan digelar pada hari libur.

Menurut mitos, Labuh sesaji dilakukan untuk memohon agar penunggu Telaga Sarangan tidak marah. Sebab, bila tidak dilakukan labuh sesaji, diyakini oleh masyarakat bahwa penunggu Telaga Sarangan akan marah sehingga membuat bencana alam di Sarangan khususnya.

Advertisement

Jamak diketahui, mitos si penunggu Telaga Sarangan ialah Kyai Pasir dan Nyai Pasir. Kedua orang itu konon muksa dan menjadi dua ekor naga raksasa yang menciptakan lahirnya Telaga Sarangan.

KLIK dan LIKE di sini untuk update informasi Madiun Raya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif