Jatim
Sabtu, 30 Mei 2015 - 19:05 WIB

PERNIKAHAN PERI DENGAN MANUSIA : Pakai Uang Saweran, Peri Sukodok Membangun Rumah di Ngawi

Redaksi Solopos.com  /  Aries Susanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sendang yang menjadi kediaman Peri Setyowati telah dipasangi kain mori untuk persiapan membangun rumah peri. (istimewa)

Pernikahan peri dengan manusia di Kabupaten Ngawi selanjutnya akan dimeriahkan dengan acara membangun rumah di alas begal Ngawi. Penasaran ingin tahu prosesinya?

Madiunpos.com, NGAWI – Acara membangun rumah peri di Alas Begal, Kecamatan Kedunggalar,  Kabupaten Ngawi bakal dihelat besar-besara. Tak hanya ribuan undangan yang telah disebar kepada khalayak umum, namun sejumlah nama-nama mahluk halus konon juga turut hadir dalam acara tersebut. Bahkan, acara juga bakal dimeriahkan sejumlah atraksi kesenian dan sedekahan bersama.

Advertisement

Pertanyaannya, dari manakah dana untuk menggelar acara yang bakal digelar selama dua hari, Sabtu-Minggu (6-7/6/2015) di Sendhang Margo  dan Sendahng Ngiyom itu?

Bramantyo Prijosusilo, seniman sang pemilik acara pernikahan manusia-peri, menjelaskan acara yang bakal mellibatkkan ribuan warga tersebut sama sekali tak akan memakai dana APBD. Acara tersebut, murni dari partisipasi masyarakat setempat serta saweran dari sejumlah kolega dari pejabat yang  mendukung.

“Saweran ronde pertama kemarin mengumpulkan sekitar Rp10 juta. Dan uang sudah habis terutama biaya menggalang dukungan kamarentah di Ngawi untuk kejadian ini, selametan di dua Sendhang, masang mori, kerja bakti, rapat dengan warga, dengan kamarentah, semuanya makan biaya,” tulis Bram dalam status Facebooknya.

Advertisement

Bram menjelaskan, seni kejadian Dhanyang Setyowati Sukodok Membangun Rumah didukung keikhlasan banyak pihak yang memberi pemikiran, kerja, waktu dan dana yang tidak sedikit. Setidaknya Rp350 juta dana bakal ludes dalam acara kontroversial itu.

“Dukungan yang kami ragadi dengan keringat dan keikhlasan banyak orang itu semoga dapat berakibat para pejabat di Ngawi rela merogoh dompetnya dan memberikan maksimum sesuai kemampuan dan keikhlasannya. Seni kejadian menggunakan teknik memfokuskan keikhlasan pada suatu persoalan bersama, kali ini pada narasi Setyowati dan gagasan melestarikan mata air dan hutan,” tulis Bram berikutnya.

Meski tak mengganggu APBD, namun sejumlah dinas terkait turun tangan membantu acara sesuai dengan tugas dan fungsinya. Mulai dinas pendidikan, dinas pariwisata, lingkungan hidup, pariwisata, perhutani dan stakeholders lainnya. Sebab acara tersebut adalah bagian dari pendidikan kepada masyarakat untuk mencintai alam  dengan kemasan hapening art.

Advertisement

KLIK dan LIKE di sini untuk update informasi Madiun Raya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif