Jateng
Jumat, 29 Mei 2015 - 12:50 WIB

DEMAM BATU AKIK : Wow, di Rumah Ini Ribuan Bongkahan Batu Akik Jadi Hiasan Taman

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ikhwan Ubaidilah menunjukkan salah satu koleksi batu mulia miliknya (JIBI/detikcom)

Demam batu akik saat ini melanda masyarakat. Lantas seperti apa jika ribuan batu berada di sebuah taman?

Kanalsemarang.com, SEMARANG-Batu bacan, onyx, klawing, dan jenis akik lainnya biasanya dikoleksi di dalam lemari atau dipakai dengan bentuk cincin atau liontin. Namun beda dengan Ikhwan Ubaidilah, warga Griya Raharja Semarang ini memajang batu-batunya di taman. Dan tidak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai ribuan.

Advertisement

Meski merupakan jenis batu akik, namun batu milik Ikhwan masih berupa bongkahan. Tapi keindahan batu-batu tersebut tidak kalah dari batu yang sudah dipoles menjadi perhiasan. Sebagai catatan, bahan Bacan merupakan bahan batu yang berharga tinggi harganya puluhan juta.

Saat detikcom berkunjung ke rumah Ikhwan di Jalan Griya Raharja nomor 26 A, di depan gerbang rumahnya sudah terlihat puluhan bongkahan besar batu yang sudah tertulis nama jenisnya.

“Ini baru datang hari Minggu (24/5) kemarin sekitar 36 ton. Ini dari berbagai daerah,” kata Ikhwan kepada detikcom, Rabu (27/5/2015).

Advertisement

Itu baru di depan gerbang, ketika masuk ke halaman atau lebih tepat dibilang taman, maka ribuan batu nampak ditata rapi bahkan ada yang menjadi dinding kolam. Diantara batu-batu yang terlihat biasa itu ternyata banyak diantaranya merupakan batu yang sering diolah menjadi akik.

“Mungkin kalau sekarang ada 2.000 batu,” imbuhnya.

Ikhwan tinggal di atas tanah seluas 3.000 m2 yang dibagi untuk rumah tinggal dan taman. Ia mengelola taman miliknya dengan gaya asri dengan pepohonan, kolam berisi ikan Koi, dan tatanan batu serta patung yang bagus.

Advertisement

Beberapa bongkahan batu yang bewarna-warni dipajang di tempat mencolok. Namun ada satu batu yang menarik perhatian yang diletakkan di atas batang pohon di depan miniatur air terjun. Batu tersebut berwarna biru tembus pandang.

“Itu batu Kalsedon dari Sumatera. Dulu ada kulitnya. Sayangnya tidak bisa bawa banyak-banyak karena naik pesawat,” ujarnya.

“Kalau datang ke sini malam-malam pemandangannya lebih bagus lho, mas,” tandas Ikhwan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif