Jatim
Rabu, 27 Mei 2015 - 18:05 WIB

PERNIKAHAN MANUSIA DENGAN PERI : Manusia Nikahi Peri, Tidakkah Berbahaya?

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sendang yang menjadi kediaman Peri Setyowati telah dipasangi kain mori untuk persiapan membangun rumah peri. (istimewa)

Pernikahan manusia dengan peri dianggap sangat berisiko bagi manusia pelakunya. Benarkah?

Solopos.com, SOLO — Hubungan pernikahan antara manusia dan peri asal Ngawi, Jawa Timur masih ramai diperbincangkan. Bagaimana tidak? Pasangan Ibnu Sukodok atau Mbah Kodok adalah manusia yang mestinya hidup dalam dimensi berbeda dari Roro Setyowati, sang peri.Nyatanya, keduanya bahkan berencana menggelar prosesi selamatan bayi kembar dampit yang diklaim sebagai buah cinta mereka.

Advertisement

Bagi orang Jawa, perbedaan dimensi pasangan suami istri itu bahkan memunculkan kekhawatiran tersendiri. Maklum saja, dalam mitologi Jawa, peri diyakini sebagai makhluk yang berbahaya karena memiliki niat jahat. Benarkah demikian?

Sebagaimana dipaparkan Suwardi Endraswara, guru besar Pendidikan Bahasa Jawa pada Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dalam bukunya yang berjudul Dunia Hantu Orang Jawa: Alam Misteri, Magis, dan Fantasi Kejawen (2004), peri sebenarnya adalah hantu manusia wanita. Ia menjadi hantu karena mati secara tak wajar, misalnya karena pembunuhan.

Advertisement

Sebagaimana dipaparkan Suwardi Endraswara, guru besar Pendidikan Bahasa Jawa pada Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dalam bukunya yang berjudul Dunia Hantu Orang Jawa: Alam Misteri, Magis, dan Fantasi Kejawen (2004), peri sebenarnya adalah hantu manusia wanita. Ia menjadi hantu karena mati secara tak wajar, misalnya karena pembunuhan.

Mulanya, peri—hantu— itu adalah seorang wanita, namun ia dibunuh dengan sengaja oleh seorang lelaki hingga tewas tak wajar. Roh wanita yang tewas akibat dibunuh lelaki itulah yang diyakini akan menjadi peri.

Mencekik
Pembunuhan tersebut membuat si peri kecewa sehingga ia berniat membalas dendam. Oleh karena itu, jelas Suwardi Endraswara lebih lanjut, peri pada hakikatnya berasal dari perubahan roh manusia wanita yang merasa dikecewakan oleh seorang lelaki. Misi utamanya adalah membunuh laki-laki yang dianggapnya jahat.

Advertisement

Di balik kesempurnaan parasnya, peri yang menjelma sebagai seorang wanita cantik itu memiliki niat jahat kepada pria tersebut, yakni ingin menghabisi nyawa si pria. Ketika si pria telah tergoda oleh kecantikan si peri, maka peri itu mulai melancarkan aksinya dengan tujuan membunuh pria sasarannya.

Peri tersebut, menurut mitologi Jawa, diyakini bisa mencekik pria sasarannya tersebut hingga tewas. Jika aksi balas dendam itu berhasil, maka si peri akan tertawa mengakak alias terbahak-bahak.

Pandai Merayu
Atas dasar kepercayaan lama itu, Suwardi Endraswara mengingatkan kalangan yang gemar bermain ke diskotek agar lebih waspada dalam berkenalan dengan perempuan. Menurut dia, peri dapat menyerupakan sosoknya layaknya perempuan-perempuan muda yang biasa mangkal di diskotek.

Advertisement

Peri menurut mitologi Jawa, jelasnya, digambarkan mudah jatuh cinta kepada pria tampan. Dia pun pandai merayu, hingga menyebabkan lelaki tergoda. Walaupun tampil cantik dan pandai merayu, sesosok peri bisa dicermati dari pandangannya. Mata makhluk halus itu biasanya berpandangan kosong dan menyeramkan.

Kendati dalam mitologi Jawa sosok peri diyakini memiliki niat jahat dan berbahaya bagi manusia, namun hingga kini tampaknya belum ada kepastian motivasi Roro Setyowati, peri yang diperistri Mbah Kodok. Bahkan soal penampakan dan karakter sang peri itu pun, beberapa kalangan berkeyakinan beragam.

Sejumlah media massa yang gencar memberitakan prosesi pernikahan Mbah Kodok dan Mbah Kodok, 8 Oktober 2014 lalu, tampak satupun yang mendiskripsikan terperinci sosok peri Roro Setyowati. Roro Setyowati hanya disebut sebagai peri hutan di Alas Ketonggo, Ngawi, Jawa Timur.

Advertisement

Beragam Sosok Peri
Ada beragam pandangan tentang sosok peri di berbagai penjuru dunia. Seperti dilansir Wikipedia.org, di Persia, sosok pari—sebutan peri di Persia—digambarkan sebagai makhluk indah, bersayap, dan sering mengunjungi ranah manusia. Ia diyakini sempat berkarakter jahat. Namun, setelah melakukan penebusan dosa, pari menjadi baik hati.

Sementara di Turki, Piri—sebutan jin atau peri di Turki— digambarkan dalam dua jenis kelamin, yakni laki-laki dan wanita. Jin (peri) wanita disebut sebagai jinni, sedangkan jin lelakinya disebut qutrub. Kedua jenis jin (peri) itu diyakini berkarakter jahat. Dalam mitologi Turki, makhluk-makhluk tersebut biasanya tinggal di kuburan dan makan sisa jasad orang mati.

Selain itu, Froud Brian dan Alan Lee dalam bukunya berjudul Faeries (1978), terbitan New York, Amerika Serikat, memaparkan peri dalam folklore atau cerita rakyat Skotlandia, diklasifikasikan dua karakter, yakni peri jahat serta jahil bernama Unseelie Court dan peri yang baik namun terkadang juga berbaya bernama Seelie Court.

Sedangkan dalam kisah Cinderella asal Eropa, peri pun digambarkan sebagai sosok layaknya manusia (ibu peri) yang berkarakter baik hati dan suka menolong manusia— remaja perempuan. Ada pula peri gigi yang dihidupkan sebagian kalangan Amerika Utara sebagai media menjelaskan tahapan tanggalnya gigi susu menjadi gigi tetap kepada anak-anak. (Azizah/JIBI/Solopos.com)

 

BACA BERITA LAIN PERNIKAHAN MANUSIA DAN PERI:
Peri Setyowati Kini Mengandung Bayi Kembar Dampit dari Mbah Kodok
Inilah Prosesi Selamatan Bayi Kembar Dampit Anak Peri Ngawi
Inilah Pesan di Balik Prosesi Selamatan Bayi dari Pasangan Peri-Manusia Asal Ngawi

Peri, Makhluk Gaib Seperti Apakah Itu?

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif