Soloraya
Rabu, 27 Mei 2015 - 05:10 WIB

PENCEMARAN LINGKUNGAN : Warga 4 Lingkungan Keluhkan Bau Tak Sedap

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketua RT 1/RW 2, Lingkungan Seyegan, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo, Tukimin menunjukkan lokasi Kali Langsur yang kerap memunculkan bau tak sedap, Selasa (26/5/2015). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Pencemaran lingkungan terjadi di empat lingkungan Sukoharjo. Warga mengeluhkan bau tak sedap dari Kali Langsur.

Solopos.com, SUKOHARJO – Sejumlah warga di empat lingkungan yang berdomisili di bantaran Kali Langsur mengeluhkan bau tak sedap selama musim kemarau. Bau tak sedap itu diduga berasal dari limbah cair salah satu perusahaan tekstil di Sukoharjo.

Advertisement

Ketua RT 001/RW 002, Lingkungan Seyegan, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo, Tukimin, mengatakan keempat lingkungan itu yakni Klaseman, Langsur, Seyegan, dan Curidan di Kelurahan Sukoharjo. Bau tak sedap itu kerap muncul pada malam hari. Kondisi warna air bakal berubah menjadi hitam pekat dan muncul bau tak sedap.

“Kalau pagi atau siang hari kondisi warna air seperti biasa,” katanya saat ditemui wartawan di rumahnya, Selasa (26/5/2015).

Advertisement

“Kalau pagi atau siang hari kondisi warna air seperti biasa,” katanya saat ditemui wartawan di rumahnya, Selasa (26/5/2015).

Bau tak sedap itu sangat kentara saat puncak musim kemarau. Kondisi air sungai mengering sehingga bau tak sedap itu langsung tercium warga setempat. Dia mengaku bau tak sedap itu mengganggu kenyamanan warga setempat.

Selain bau tak sedap, air Kali Langsur juga kerap merendam lahan persawahan saat musim penghujan. Imbasnya, para petani merugi lantaran tanaman padi gagal panen.

Advertisement

Sebenarnya, lanjut dia, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo berencana membangun tanggul di sepanjang Kali Langsur pada beberapa tahun lalu. Tanggul itu setinggi 5 meter baik di sisi kanan maupun kiri. Bahkan, ada pemberian kompensasi lahan milik warga yang terkena dampak pembangunan tanggul.

Kala itu, harga kompensasi lahan warga yang terdampak pembangunan tanggul senilai Rp25.000/meter. Namun, hingga sekarang belum juga ada tindaklanjutnya. “Dahulu rencana pembangunan tanggul saat pemerintahan masih dipimpin mantan Bupati Sukoharjo, Bambang Riyanto. Kami belum menindaklanjuti lagi ke instansi terkait,” terang dia.

Hal senada diungkapkan warga setempat, Paino. Dia mengeluhkan bau tak sedap yang kerap muncul pada malam hari terutama saat musim kemarau. Kali Langsur hanya digunakan untuk mengairi lahan pertanian. Dia mengaku lahan sawah miliknya kerap gagal panen lantaran terendam air yang meluap dari Kali Langsur. Saat curah hujan tinggi dipastikan air Kali Langsur meluap dan merendam sawah milik petani.

Advertisement

“Sawah milik saya berada tak jauh dari Kali Langsur. Kalau musim penghujan sering terendam air yang berasal dari kali,” katanya.

 

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif