Teknologi
Rabu, 27 Mei 2015 - 20:45 WIB

HASIL PENELITIAN : Peneliti Ungkap Temuan Mengejutkan Fenomena Batu Berjalan

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Fenomena batu bergerak di Death Valley, California, AS (Istimewa)

Hasil penelitian batu berjalan di Death Valley mengungkap sejumlah temuan mengejutkan.

Solopos.com, CALIFORNIA — Masih ingat fenomena batu berjalan di Death Valley, California, Amerika Serikat (AS)? Para ilmuwan yang sempat dibuat pusing kini memiliki sejumlah kesimpulan untuk fenomena ini.

Advertisement

Dikutip Solopos.com dari Daily Mail, Rabu (27/5/2015), para peneliti yang datang dari Universitas Complutense, Madrid, memastikan bahwa angin yang berhembus saat badai musim dingin, membuat arus yang dapat mendorong batu berjalan di atas permukaan tanah.

Kesimpulan ini sedikit berbeda dengan hasil penelitan ilmuwan AS yang mengatakan bahwa batu itu bisa bergerak lantaran dorongan angin serta aktivitas bakteri yang terdapat di dalam tanah tersebut.
Ilmuwan di AS percaya bahwa selama musim dingin yang menyelimuti lembah kematian, lapisan es telah membungkus bagian bawah batu-batu hingga membuatnya licin dan kemudian pergerakannya didorong oleh angin saat musim panas datang.

Dalam penelitiannya, kelompok ilmuwan yang diwakili María Esther Sanz mengatakan ketika musim kering tiba, tampillah jejak misterius di dasar tanah yang sebelumnya adalah danau. Jejak batu itulah yang kemudian dipotret para ilmuwan dengan menyebar ke seluruh dunia.

Advertisement

Sebuah tim ahli geologi dari Universitas Complutense di Madrid (UCM) telah menemukan bahwa batu-batu yang beratnya mencapai 7 kg juga bergerak hingga 100 meter di bagian dasar kering Laguna Altillo Chica di Lillo, Toledo, Spanyol.
“Hipotesis kami, batu-batu itu bergerak selama musim dingin, ketika badai menghasilkan arus angin yang kencang. Angin tersebut mampu menciptakan arus air dengan kecepatan dua meter per detik. Inilah yang penyebab sebenarnya batu-batu itu bergerak,” kata María Esther Sanz, seperti dikutip SINC.

Tapi peneliti akhirnya menemukan hasil penelitian yang mengejutkan. Selain pergerakan batu karena dorongan angin, ternyata pergerakan batu itu juga mendapat bantuan dari mikroba.

Adalah sekawanan mikroba dari jenis cyanobacteria, yakni ganggang bersel satu dan organisme kecil lainnya hidup di bawah laguna dan mengeluarkan zat yang yang sangat licin, itulah yang membuat batu menjadi lebih mudah bergerak ketika tertiup angin

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif