Jatim
Selasa, 26 Mei 2015 - 21:00 WIB

PERNIKAHAN MANUSIA DENGAN PERI : Peri, Makhluk Gaib Seperti Apakah Itu?

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Proses pernikahan manusia dan jin di Ngawi (Twitter)

Pernikahan manusia dengan peri memunculkan pertanyaan tentang asal mula makhluk gaib itu.

Solopos.com, SOLO — Pernikahan manusia dengan peri, Ibnu Sukodok alias Mbah Kodok dan Roro Setyowati, yang dikabarkan dari Ngawi, Jawa Timur bikin heboh sebagian kalangan. Bagaimana tak membuat heboh? Sebagian kalangan yang memahami mitologi Jawa, beranggapan bahwa keduanya berasal dari alam yang berbeda dimensi.

Advertisement

Di sisi lain, sebagian kalangan lainnya justru tak paham tentang “peri” dalam kabar itu. Apa sejatinya “peri” dalam mitologi Jawa? Apa sebabnya pernikahan manusia dengan peri dipersoalkan?

Sebagian orang awam, mungkin menganggap peri layaknya makhluk mungil bersayap yang sering digambarkan dalam kisah dan dongeng Eropa dan Amerika Utara. Wujud yang paling populer tampak pada kisah Peterpan, Cinderella, atau Peri Gigi.

Advertisement

Sebagian orang awam, mungkin menganggap peri layaknya makhluk mungil bersayap yang sering digambarkan dalam kisah dan dongeng Eropa dan Amerika Utara. Wujud yang paling populer tampak pada kisah Peterpan, Cinderella, atau Peri Gigi.

Meski peri populer saat ini umumnya berasal dari Eropa dan Amerika Utara, Notes to Chandos karya Edward Blakeman dan The Epic of Kings karya Ferdowsi dan Helen Zimmern yang dikutip Wikipedia.org, justru mengungkapkan referensi pertama yang menyebutkan keberadaan makhluk itu justru dari Persia. Dalam mitologi Persia, pari—sebutan peri dalam bahasa Persia—adalah makhluk indah, bersayap, yang kadang-kadang mengunjungi ranah manusia.

Berasal dari Persia
Dalam sumber-sumber kuno Persia, pari digambarkan sebagai makhluk yang berada pada tingkatan di antara roh-roh jahat dan malaikat. Mereka pada mulanya bersifat jahat sehingga ditolak masuk surga, namun belakangan mereka melakukan penebusan dosa sehingga menjadi makhluk yang baik hati.

Advertisement

Sedangkan di Turki, piri—sebutan peri di dalam bahasa Turki—adalah jin wanita yang jahat. Karena betina, mereka disebut juga sebagai Jinni—karena yang jantan disebut Qutrub. Dalam mitologi Turki itu, makhluk-makhluk itu mendiami kuburan dan makan sisa jasad orang mati.

Peri di Eropa
Di peradaban Barat yang lebih muda, istilah peri tercatat dalam kisah awal Oriental, Vathek, karya William Thomas Beckford yang ditulis dalam bahasa Prancis pada 1782. Sebelumnya, sebut Id.wikipedia.org, sekitar tahun 1592, Shakespeare menggambarkan peri sebagai siluman (sprite) atau menjelma sebagai wanita cantik bersayap (fairy).

Keberadaan kisah peri di Eropa pada referensi-referensi selanjutnya biasanya masih terkait dengan Persia. Makhluk halus itu, dalam cerita-cerita kuno Eropa Utara, digambarkan sebagai makhluk metafisik, gaib, atau jelmaan dari alam.

Advertisement

Pada akhirnya, perwujudan peri dalam kisah-kisah memang beraneka ragam. Terkadang peri digambarkan layaknya manusia. Namun, peri terkadang juga digambarkan seperti makhluk-makhluk kecil yang juga ditampilan bersayap, walaupun terkadang tidak.

Referensi lain yang menyebutkan fairy atau peri versi bule adalah web blog Bamssatria22.wordpress.com (2013). Disebutkan dalam blog itu sosok peri (fairy) asal Inggris digambarkan sebagai makhluk gaib yang turut serta mengurusi permasalahan manusia.

Peri di Ngawi
Di Ngawi, Jawa Timur, sebagaimana yang diberitakan Madiunpos.com, keberadaan peri belakangan hari ini menjadi perbincangan hangat setelah sesosok peri bernama Roro Setyowati menjalin hubungan pernikahan dengan seorang manusia bernama Ibnu Sukodok. Samakah peri yang menikah dengan Mbah Kodok hingga memiliki bayi itu dengan mitologi Persia, Turki, Eropa, atau justru seperti kisah-kisah Hollywood seperti Peterpan atau Cinderella?

Advertisement

Sejatinya, tak jauh berbeda dengan wujud peri dalam mitologi Persia, Turki, Eropa, maupun kisah-kisah Hollywood, peri berdasarkan mitologi Jawa juga berwujud wanita cantik. Mereka juga bersifat jahat.

Namun, Suwardi Endraswara, guru besar Pendidikan Bahasa Jawa pada Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dalam bukunya yang berjudul Dunia Hantu Orang Jawa : Alam Misteri, Magis, dan Fantasi Kejawen (2004), tak mengklasifikasikan peri sebagai hantu, bukan makhluk gaib yang terlahir sebagai peri. Peri menurutnya adalah hasil perubahan roh manusia wanita yang mati tak wajar. (Azizah/JIBI/Solopos.com)

 

 

BACA BERITA LAIN PERNIKAHAN MANUSIA DAN PERI:
Peri Setyowati Kini Mengandung Bayi Kembar Dampit dari Mbah Kodok
Inilah Prosesi Selamatan Bayi Kembar Dampit Anak Peri Ngawi
Inilah Pesan di Balik Prosesi Selamatan Bayi Peri-Manusia Asal Ngawi

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif