News
Selasa, 26 Mei 2015 - 13:30 WIB

KASUS TERORISME : Senjata Kelompok Santoso Diduga dari Filipina

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi aksi aparat Densus 88 Antiteror (JIBI/Solopos/Antara/Dok.)

Kasus terorisme yang melibatkan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (kelompok Santoso) diduga menggunakan senjata Filipina.

Solopos.com, JAKARTA — Kapolri Jenderal Pol. Badrodin Haiti mengungkapkan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (Kelompol Santoso) mendapat pasokan senjata dari dalam dan luar negeri.

Advertisement

“Senjatanya banyak dari berbagai sumber dari dalam negeri dan luar negeri,” kata Badrodin Haiti di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa (26/5/2015).

Terkait senjata tersebut, Badrodin Haiti mengaku pihaknya menemukan beberapa senjata yang digunakan teroris kelompok Santoso buatan Filipina. Senjata itu, kata Badrodin, diduga dipasok melalui jalur laut. “Pintu masuk banyak, pinggir pantai itu pintu masuk semua,” kata Badrodin.

Kendati demikian, Badrodin Haiti mengaku belum mengetahui senjata itu didapat melalui bantuan kelompok teroris lain atau dibeli secara ilegal. “Tapi faktanya senjata sudah ada di wilayah kita,” katanya.

Advertisement

Sementara itu mengenai target pengejaran terhadap teroris di Poso, Badrodin Haiti menyatakan Polri saat ini tengah memburu Santoso dan Basri. Dia mengaku medan hutan yang luas membuat pihak kepolisian kesulitan menangkap gembong teroris tersebut. “Ini yang kita harus kejar,” katanyaa.

Sebelumnya dilaporkan, sembilan orang yang diduga terkait dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso ditangkap oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror dan Polda Sulsel.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Agus Rianto mengungkapkan kesembilan orang tersebut masing-masing berinisial AQ, AZ, S, F, Ai, H dan N. Sementara itu dua orang lainnya tewas setelah terlibat kontak senjata.

Advertisement

Pada Jumat pekan lalu, kepolisian menangkap terduga teroris berinisial AQ yang berperan sebagai kurir amunisi kelompok Santoso. Dari penangkapan itu disita beberapa barang bukti yakni 670 amunisi kaliber 5,56 mm, tiga butir amunisi kaliber 7,52 mm dan dua telepon seluler.

Kemudian, dua orang yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) dari kelompok Santoso dilaporkan tewas setelah terlibat kontak senjata dengan tim satuan tugas Polri di Desa Gayatri, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tengah, Minggu (25/5/2015) kemarin.

Agus menyatakan akibat kontak senjata tersebut dua DPO tewas, dan berhasil disita satu pucuk senjata api M16. “Dua buah magasin M16, 20 butir amunisi kaliber 5,56 mm, dua buah bom lontong, dan satu buah golok/parang,” katanya.

Pada saat bersamaan, Polri juga menangkap lima terduga teroris lainnya, yaitu Az, S, F, Ai dan H di Makassar, Sulawesi Selatan, keterlibatan mereka adalah kurir, dan ikut pelatihan militer Santoso. Selain itu, Polri menangkap pula terduga teroris berinisial N di Kota Luwuk, Sulawesi Tengah yang diduga berperan sebagai kurir, penyedia logistik dan ikut pelatihan militer MIT.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif