Soloraya
Senin, 25 Mei 2015 - 05:10 WIB

HUT SRAGEN : Dilema Pembangunan Industri VS Pertanian

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - foto ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Gigih M. Hanafi)

HUT Sragen diwarnai dengan dominasi investasi di bidang industri, sementara di sektor petanian masih tergolong kecil.  

Solopos.com, SRAGEN – Kabupaten Sragen yang mengklaim diri ramah terhadap investasi telah membuat aliran dana para pemilik modal mengalir deras di berbagai sektor. Nilai investasi yang masuk pun terus meningkat dari tahun ke tahun.

Advertisement

Pada 2011, nilai investasi tercatat Rp558 miliar, tahun 2012 naik menjadi Rp1,079 triliun, dan 2013 naik Rp1,081 triliun, dan 2014 menjadi Rp1,525 triliun.

Namun, investasi di sektor pertanian masih tergolong kecil. Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com di Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) Sragen, tahun lalu investasi di sektor itu hanya Rp30 miliar atau 2% dari total investasi. Investasi di sektor tanaman pangan dan perkebunan tersebut menyerap tenaga kerja 113 orang.

Advertisement

Namun, investasi di sektor pertanian masih tergolong kecil. Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com di Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) Sragen, tahun lalu investasi di sektor itu hanya Rp30 miliar atau 2% dari total investasi. Investasi di sektor tanaman pangan dan perkebunan tersebut menyerap tenaga kerja 113 orang.

Kasubid Pengawasan dan Kerja Sama BPTPM Sragen, Erwan Aditya Sudin, mengakui hal itu. Menurut dia, tren nilai investasi di sektor pertanian empat tahun terakhir memang belum tinggi.

Sektor yang menjadi primadona para investor justru industri dan perdagangan. Pada 2014 nilai investasi di sektor industri tekstil menduduki rangking I dengan Rp438,5 miliar. Di peringkat II sektor perdagangan dan reparasi dengan nilai Rp375,2 miliar.

Advertisement

Menilik tingginya animo investasi di bidang industri, Kepala BPTPM Sragen, Tugiyono, menggagas pembuatan kawasan industri terpadu. Tidak main-main, lahan yang dibutuhkan untuk rencana tersebut mencapai 200 hektare. Lokasi yang diproyeksikan menjadi kawasan industri yaitu Kecamatan Sambungmacan dan sekitarnya.

Keberadaan kawasan industri yang luas dengan kondisi geografis dan infrastruktur mendukung diyakini Tugiyono bakal menjadi daya tarik kuat bagi investor. Apalagi tren investasi industri beberapa waktu terakhir mulai bergeser ke luar kota utama, seperti Sragen.

Hal itu karena lahan untuk investasi belum semahal di daerah perkotaan. Namun, Tugiyono mengakui rencana tersebut membutuhkan kajian mendalam. Proyek kawasan industri bisa dilaksanakan dengan pembebasan lahan oleh Pemkab atau menggandeng pihak ketiga.

Advertisement

Sementara itu ihwal lahan yang akan digunakan, menurut dia sulit sekali mengindari lahan pertanian. “Yang jelas kalau konsep kawasan terpadu ini jadi, investor kakap akan banyak yang masuk. Tenaga yang terserap untuk sektor ini pun semakin banyak. Lapangan kerja baru terbuka lebar bagi masyarakat,” tutur dia

 

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif