Jatim
Sabtu, 23 Mei 2015 - 11:05 WIB

TAMAN SAFARI INDONESIA PRIGEN : Ingin Tahu Kisah di Balik Para Sahabat Binatang Taman Safari?

Redaksi Solopos.com  /  Aries Susanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Keeper di TSI Prigen (Detikcom)

Taman Safari Indonesia Prigen memiliki banyak keeper, sebutan untuk para sahabat satwa di lindungi di taman tersebut. Iniah kisahnya.

Madiunpos.com, PASURUAN – Meski memiliki ribuan koleksi satwa, jumlah keeper di Taman Safari Indonesia (TSI) II Prigen, Pasuruan, hanya sekitar 200 orang. Satu orang keeper biasanya menangani beberapa spesies tergantung jenis satwa.

Advertisement

Satwa-satwa buas seperi harimau, beruang, singa hingga buaya dan satwa seperti gajah, bison, dan badak memiliki tinggat kesulitan tersendiri dalam perawatan dan penanganannya.

Suhadi, keeper 26 gajah Sumatra di TSI Prigen, mengutarakan menjadi keeper hewan langka sangat membahagiakan. Menurut pria asal Lampung yang sudah 17 tahun bekerja di TSI Prigen ini merawat satwa yang populasinya terus berkurang sangat membanggakan.

Advertisement

Suhadi, keeper 26 gajah Sumatra di TSI Prigen, mengutarakan menjadi keeper hewan langka sangat membahagiakan. Menurut pria asal Lampung yang sudah 17 tahun bekerja di TSI Prigen ini merawat satwa yang populasinya terus berkurang sangat membanggakan.

Gajah sumatera merupakan subspesies yang berhabitat di pulau Sumatra dan berpostur lebih kecil dari gajah Asia. Populasi satwa ini terus menurun dan terancam punah. Pada tahun 2000, 65 persen dari 2.000-2.700 ekor gajah Sumatra yang tersisa di alam liar lenyap akibat dibunuh. Agresivitas perambahan hutan untuk perkebunan di hutan Sumatra melenyapkan 83 persen habitat asli mamalia terbesar Indonesia ini.

“Karena itu saya sangat senang dan bangga bila gajah-gajah ini bunting kemudian melahirkan dengan selamat. Gajah Sumatra di TSI Prigen beberapa kali melahirkan keturunan. Rata-rata melahirkan dengan normal,” kata Suhadi, Jumat (22/5/2015).

Advertisement

“Jadi tantangan tersendiri kalau melatih gajah. Jika berhasil tentu saja senang. Gajah ini kan termasuk satwa show di sini, banyak ditampilkan di even-even,” kata dia.

Sebagai keeper yang sudah bekerja sejak awal berdirinya TSI Prigen, Suhadi tentu saja sedih jika ada gajah yang sakit. Ia bersama tim dokter pun melakukan berbagai upaya untuk menyembuhkan. Suhadi mengaku pernah merasa kehilangan saat seekor gajah mati beberapa tahun silam.

“Pernah ada yang mati dulu, itupun karena sudah tua, usianya sudah 80 tahun. Tapi namanya sering bersama tentu saja kehilangan,” jelasnya.

Advertisement

Salim dan Okky, keeper badak putih TSI Prigen memiliki pengalaman berbeda. “Badak itu jinak-jinak merpati. Meski setiap hari bertemu, kalau kita mendekat enggak bawah makanan, bisa-bisa diserang. Dan kalau sudah sekali diserang biasanya susah keeper itu mendekati badak. Nggak bisa sejinak gajah,” kata Salim.

Salim dan Okky memang tak selama Suhadi dalam bekerja, namun mereka berdua sudah fasih bersahabat dengan badak. Menurut mereka kuncinya merawat badak dan satwa lainnya adalah memperlakukannya dengan kasih sayang.

TSI Prigen memiliki 3 koleksi badak putih dua jantan dan seekor betina. “Dua jantan ini sering berkelahi sehingga mengalami luka lecet dan luka lebam akibat benturan. Kadang mereka juga sakit kembung,” ujar Okky.

Advertisement

Bagi mereka berdua, tantangan terberat sebagai keeper badak adalah mengawinkan si jantan dan betina sehingga badak putih tersebut memiliki keturunan.

“Ngawinkan itu yang susah. Ini sudah enam bulan sejak ada betina tapi belum kawin,” ujar Okky.

Badak merupakan herbivora pemakan rumput dan buah dan termasuk satwa yang doyan makan. Setiap hari seekor satwa bisa sampai empat kali makan dan menghabiskan 125 kg rumput plus pisang dan wortel.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif