Soloraya
Jumat, 22 Mei 2015 - 16:50 WIB

BERAS PLASTIK : Isu Beras Sintetis Turunkan Omzet Distributor Hingga 50%

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemeriksaan kualitas beras di Gudang Bulog Gadang, Malang, Selasa (19/5/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Ari Bowo Sucipto)

Beras Plastik dikabarkan beredar hingga membuat resah masyarakat.

Solopos.com, SRAGEN—Sejumlah distributor beras di wilayah Sragen mengalami penurunan omzet penjualan mencapai 50 %. Hal ini disebabkan karena adanya isu penemuan beras sintetis di sejumlah daerah.

Advertisement

Untuk mengantisipasi munculnya beras sintetis di wilayah Bumi Sukowati, Dinas Perdagangan melakukan pemantauan di sejumlah distributor dan pedagang beras di Pasar Bunder, Jumat (22/5/2015).

Pegawai salah satu distributor beras Sumber Barokah di Pasar Bunder Sragen, Ayu, 28, mengatakan penurunan omset penjualan tersebut terjadi sejak ditemukannya beras sintetis dua pekan lalu. Sejak penemuan itu, penjualan beras menurun mencapai 50% atau 25 ton beras dalam satu kali angkut.

Dia juga mengatakan selama ini pihaknya menjual beras di sejumlah wilayah di Indonesia, seperti di Jakarta, Kediri, dan Jawa Barat. Sejak kemunculan isu tersebut, penurunan omset terjadi di Jakarta, sedangkan di Jawa Barat tidak terjadi penurunan omzet.

Advertisement

“Dalam satu pengiriman biasanya kami mengirim 3 truk yang berisi 50 ton beras, tetapi dalam dua pekan ini, kami hanya mengirimkan 25 ton beras saja,” katanya kepada wartawan, Jumat.

Menurutnya, sejak isu beras sintetis muncul, banyak pembeli dari Jakarta yang mengurangi bahkan menghentikan pembelian. Hal ini diduga masyarakat Jakarta takut atas munculnya isu beras sintetis.

“Atas kondisi ini, kami ikut terdampak. Padahal kami tidak mengetahui apa-apa,” ujar dia.

Advertisement

Meskipun demikian, untuk penjualan di tingkat lokal Sragen tidak mengalami penurunan. Dimungkinkan karena isu keberadaan beras sintetis tersebut tidak terjadi di Sragen.
Lebih lanjut, selama ini pihaknya mendapatkan suplai beras dari petani lokal. Jika ada tawaran suplai beras dari pihak yang belum dikenal, pihaknya akan menolaknya. “Kami sangat teliti dalam memilih beras dari pemasok, kami hanya percaya pada orang yang telah kami kenal dengan kualitas barangnya,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif