Jogja
Selasa, 19 Mei 2015 - 08:40 WIB

JUMENENGAN DALEM : GKR Mangkubumi Tampil Menjadi Penyelamat

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - GKR Pembayun yang kini berganti nama menjadi GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng Ing Mataram (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Jumenengan dalem Sri Sultan HB X yang diperingati ke 27 menampilkan dua kesenian, salah satunya menampilkan GKR Mangkubumi sebagai penyelamat

Harianjogja.com, JOGJA-Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar peringatan ke-27 jumeneng (naik tahta) Sri Sutan Hamengku Buwono X di Pagelaran, Senin (18/5/2015). Dalam peringatan ini dimeriahkan dua kesenian, yakni  Bedhaya Sang Amorwa Bumi dan pergelaran wayang wong (wayang orang).

Advertisement

Dalam pergelaran wayang wong ini putri Sultan HB X GKR Pembayun (GKR Mangkubumi) dan GKR Bendoro ikut mengambil peran. Dalam isi cerita, Mangkubumi dan Bendoro menjadi juru penyelamat dari dua negara yang tengah bertikai.

Sutradara wayang wong, Kuswarsantiyo mengatakan ada pesan khusus dalam cerita wayang wong dengan lakon ‘Suprabawati Boyong’ tersebut yakni adanya misi perdamaian. “Pesannya adalah GKR Mangkubumi yang memerankan widodari, sebagai penyelamat melindungi kebenaran,” katanya.

Kehadiran GKR Mangkubumi dalam cerita tersebut diakui Kuswarsantiyo memang memerankan sosok penyelemat. Ia juga menyatakan tidak pergelaran wayang wong ini menyajikan goro-goro tempo dulu.

Advertisement

Ia tidak mempersoalkan jika kehadiran putri Sultan tersebut juga menyinggung mengenai kisruh yang terjadi di Kraton saat ini.

“Kalaupun ada kemiripan, ya silahkan orang menafsirkan itu. Tapi ini hanya cerita wayang,” kata Kuswarsantiyo.

Kuswarsantiyo menjelaskan wayang wong ini diperankan oleh 76 orang dan didukung oleh 50 orang pengrawit dan pesinden dari Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Kridha Mardawa Keraton Ngayogyakarta pimpinan GBPH Yudhaningrat. Dipentaskan selama dua jam. “Keikutsertaan [GKR Mangkubumi] kehendak beliau. Saya hanya memasukan dalam pentas ini,” ucap dia.

Advertisement

Sementara itu Sultan dalam sambutannya mengatakan malam peringatan jumenangan dalam perhitungan tahun Jawa, bertepatan dengan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Ini memberi pesan yang penuh makna, dimana Nabi Muhammad SAW mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menjalankan  salat lima waktu.

Menurut Sultan,  peristiwa tersebut hanya bisa dimaknai dengan iman. Dengan memahami peristiwa itu, manusia akan mampu membangun hubungan horisontal dan vertikal dengan Tuhan sang pencipta.

“Ini sesuai dengan filosofi Hamemayu Hayuning Bawano, yang mengandung kewajiban moral, tri satria brata yg diaktualisasi yang bermanfaat bagi masyarakat,” paparnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif