Soloraya
Kamis, 14 Mei 2015 - 17:30 WIB

KELANGKAAN ELPIJI : Elpiji 3 Kg Langka di Seluruh Sukoharjo

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi elpiji 3 kg alias gas melon. (JIBI/Bisnis/Dok.)

Kelangkaan elpiji 3 kg di Sukoharjo terjadi secara merata sejak sepekan terakhir.

Solopos.com, SUKOHARJO — Kelangkaan elpiji 3 kg terjadi di Kabupaten Sukoharjo secara merata sejak sepekan terakhir. Kondisi itu diduga dipengaruhi meningkatnya kebutuhan masyarakat akan elpiji 3 kg.

Advertisement

Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sukoharjo, Bambang Sri Setiyono, saat dihubungi Solopos.com, Kamis (14/5/2015), tidak memungkiri adanya kelangkaan elpiji 3 kg alias gas melon di Sukoharjo. Bahkan kondisi tersebut terjadi secara merata di berbagai kecamatan.

Pihaknya bersama Pertamina telah menggelar operasi pasar (OP) sebagai langkah awal untuk mengatasi masalah itu. Namun OP baru dapat digelar di desa yang tingkat kelangkaannya paling tinggi, yakni Desa Manang, Kecamatan Grogol, pada Rabu dan Kamis (13-14/5/2015).

Pada kesempatan itu petugas mendistribusikan 560 tabung seharga Rp15.500/tabung. Harga tersebut sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah. Pada hari pertama petugas menjual 150 tabung. Di hari kedua petugas mendistribusikan 410 tabung yang dalam waktu kurang dari dua jam ludes dibeli konsumen.

Advertisement

“Kami akan mengusulkan ke Pertamina agar menggelar OP lagi pekan depan. Kami mengupayakan agar OP bisa digelar di seluruh kecamatan, karena memang kondisi ini [gas melon langka] terjadi secara merata sepekan terakhir,” kata Bambang.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan warga sulit mendapatkan gas melon. Menurut dia faktor itu seperti kebutuhan masyarakat akan gas melon yang meningkatnya tajam, lantaran saat ini banyak warga yang hajatan. Selain itu, ada peningkatan jumlah pengguna gas melon. Hal itu diketahui dari banyaknya warga yang sebelumnya menggunakan elpiji 12 kg beralih menggunakan elpiji 3 kg.

Tak hanya itu, ada pula laporan yang menyebutkan gas elpiji banyak digunakan oleh pemilik usaha ternak ayam. Padahal, seharusnya kelompok usaha tersebut tidak boleh menggunakan gas melon. Hal itu mengurangi jatah gas melon untuk warga.

Advertisement

“Ada juga faktor keterlambatan dropping dari agen ke pangkalan. Contohnya, seharusnya pangkalan sudah harus sudah di-dropp pagi, tapi baru datang sore. Hal ini sedikit banyak membuat warga kesulitan mendapatkan gas melon,” imbuh Bambang.

Pengecer elpiji 3 kg di Jombor Indah, Jombor, Bendosari, Sukoharjo, Mulyadi, 65, saat ditemui Solopos.com, Kamis, menginformasikan dirinya sulit kulak gas melon sejak dua pekan terakhir. Biasanya pangkalan memberinya jatah sembilan tabung sepekan dua kali. Namun, sejak dua pekan lalu dia baru dipasok sekali. Itu pun jumlahnya dikurangi menjadi tiga tabung. “Semua warga sekitar sini [Jombor Indah] mengeluh sulit mendapat gas melon,” ucap dia.

Warga Jombor Indah, Dewi, 24, mengaku sulit mendapat gas melon. Kali terakhir dia membelinya dua pekan lalu. Ibu rumah tangga itu mendapatkannya di pengecer yang jauh dari rumahnya. “Pangkalan di Jombor waktu itu pun tidak ada. Pengecer dekat rumah saya sama sekali tidak ada yang punya stok,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif