Soloraya
Senin, 11 Mei 2015 - 11:30 WIB

PERTANIAN SUKOHARJO : Banyak Lubang, Tanggul Irigasi di Sugihan Rawan Jebol

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dua anak berjalan di tanggul saluran irigasi primer Colo timur di Ngowan, Sugihan, Bendosari, Sukoharjo, yang terdapat lubang berselang, Kamis (7/5/2015). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Pertanian Sukoharjo dirundung masalah karena terdapat banyak lubang ilegal di tanggul irigasi primer Colo Timur.

Solopos.com, SUKOHARJO — Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) menyebut kebocoran tanggul saluran irigasi primer Colo timur di Ngowan, Sugihan, Bendosari, Sukoharjo, Rabu (6/5/2015), diakibatkan adanya lubang yang sengaja dibuat untuk mengambil air secara ilegal.

Advertisement

Terdapat ratusan lubang serupa di sepanjang tanggul di saluran tersebut dari hulu di Dam Colo, Nguter, Sukoharjo, hingga hilir di Ngawi, Jawa Timur.

Kepala Satuan Kerja Non Verbal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air BBWSBS, Adjat Koesdijono, saat ditemui wartawan saat meninjau perbaikan tanggul bocor di Ngowan, Kamis (7/5/2015), mengatakan permasalahan tanggul banyak disebabkan oleh adanya lubang yang dibuat orang tak bertanggung jawab untuk mengambil air di saluran.

Perbuatan seperti itu melanggar hukum sebagaimana diatur dalam UU No. 11/1974 tentang Pengairan. Lubang itu terdapat di sepanjang saluran irigasi.

Advertisement

Kebanyakan lubang dibuat di bagian atas dan tengah. Lubang-lubang itu biasanya diberi selang besar sebagai saluran air. Bahkan ada pula orang yang menjebol talut batu agar lubang bisa mencapai tengah atau lebih rendah.

Lubang tersebut semakin lama menjadi besar karena terkena arus air. Akibatnya tanggul bisa growong hingga tembus ke tanggul bagian luar. Paling buruk tanggul dapat jebol.

“Benda keras pun kalau kena air secara terus menerus bisa terkikis. Apalagi tanah, terlebih arus air deras,” kata Adjat.

Advertisement

Dia melanjutkan persoalan tanggul di Sugiyan terjadi pula di wilayah lain di saluran yang sama sepanjang 65 km itu. Ditanya mengapa belum ada penindakan terhadap para pelaku, Adjat mengatakan mengatasi masalah tersebut tidak mudah.

“Pelaku berbuat seperti itu mungkin merasa bingung lantaran ladang atau sawahnya tidak bisa mendapat air, sedangkan di dekatnya ada saluran irigasi. Saya sudah meminta agar lubang-lubang itu didata. Kalau ketahuan siapa pelakunya akan diminta membuat surat pernyataan tidak mengulangi perbuatan,” imbuh Adjat.

Ketua Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Colo Timur, Sarjanto, tidak memungkiri adanya kondisi itu. Pengambilan air di saluran dilakukan dengan beberapa cara. Selain melubangi tanggul, pelaku juga menggunakan sarana disel untuk mendapatkan air.

“Kalau lubang di sepanjang tanggul jumlah ratusan. Tapi kalau termasuk menyedot pakai disel mencapai ribuan. Mengatasi masalah ini tidak bisa ditempuh secara frontal,” kata lelaki yang akrab disapa Jigong itu.

Pantauan

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif