Entertainment
Minggu, 10 Mei 2015 - 09:55 WIB

MATA NAJWA METRO TV : Butet Sebut Pancasila Kalah dari Batu Panca Warna

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Butet Kertaradjasa (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Mata Najwa Metro TV menghadirkan Presiden Ketiga RI BJ Habibie. Ia juga membacakan puisi karangannya.

Solopos.com, SOLO – Stasiun televisi Metro TV kembali menyiarkan tayangan Mata Najwa, Sabtu (9/5/2015). Dalam tayangan bertema Habibie dan Suara Anak Negeri itu, seniman Butet Kartarejasa menyebut Pancasila kalah dari batu panca warna.

Advertisement

Di segmen kedua Mata Najwa Metro TV, Presiden Ketiga RI BJ Habibie yang menjadi narasumber utama membacakan pusisi Generasi Penerus. Puisi ciptaan Habibie itu berisi tentang pesan penyemangat untuk generasi muda.

“Kalian itu sama seperti orang Jerman, sama seperti orang Tiongkok, seperti orang Jepang, bisa buat pesawat dan kereta, menguasai ilmu dan teknologi,” ungkap Habibie setelah membacakan puisi itu.

Seniman Butet Kartarejasa juga turut hadir dalam tayangan yang mengambil lokasi di Universitas Indonesia (UI) itu. Ia mencoba membandingkan kepemimpinan Habibie dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Advertisement

“Pak Habibie menjabat hanya beberapa bulan, tapi enggak ada masalah yang ditinggalkan. Pak Jokowi juga baru beberapa bulan, semoga enggak turun di tengah jalan,” ungkap Butet.

Lebih jauh, Butet juga mengkritisi kasus KPK vs Polri serta polemik organisasi PSSI. Bahkan pria asal Jogja itu mengatakan batu akik panca warna lebih kuat dari Pancasila.

“Pancasila hari ini kalah dari batu akik. Pancasila gagal mempertemukan orang-orang yang berbeda, tapi akik panca warna bisa mempertemukan pro Prabowo dan pro Jokowi,” imbuh Butet.

Advertisement

Sebelumnya dalam Mata Najwa Metro TV, Plt Wakil Ketua KPK Johan Budi ditanya soal hal-hal yang membuat Indonesia belum sejahtera. Salah satu penyebabnya adalah pemimpin yang belum bisa dicontoh.

“Yang membuat masyarakat tidak sejahtera, pertama adalah korupsi. Kedua adalah pemimpin, pemimpin itu harusnya jadi teladan tapi ternyata di Indonesia belum. Dan ketiga adalah penegakan hukum,” tutur Johan Budi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif