Jogja
Sabtu, 9 Mei 2015 - 08:20 WIB

SABDA RAJA : Ini Alasan Warga Pasang Spanduk "Kembalikan Paugeran"

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sabda Raja yang direspon negatif juga datang dari masyarakat awam.

Harianjogja.com, JOGJA-Respon negatif Sabda Raja tidak hanya dari rayi dalem. Masyarakat awam juga ada yang menentang kebijakan tersebut. Sebagai bentuk protes spanduk berukuran 1×4 meter di pasang di sejumlah titik di Jogja, Sleman dan Bantul.

Advertisement

“Ada 200 spanduk yang sudah dipersiapkan untuk di pasang di jalan-jalan utama,” kata warga DIY, Muhammad Muslih yang memasang spanduk itu saat ditemui di Alun-alun Utara, Jumat (8/5/2015).

Muslih mengatakan pemasangan spanduk itu bukan hanya atas inisiatif warga Kauman, melainkan warga Jogja yang tidak setuju dengan keputusan Sultan mengganti gelar Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Muslih juga mengklaim tindakannya juga didukung oleh beberapa pengasuh pondok pesantren di DIY.

“Kami sebagai warga Jogja prihatin dengan kondisi di Kraton, kami ingin elingke Sultan,” kata Muslih.

Advertisement

Menurut Muslih, keputusan Sultan dalam Sabda Raja sangat mengagetkan warga, khususnya umat Islam karena Sultan akan menghilangkan gelar khalifatullah. Padahal, kata dia, gelar itu selama ini melekat dalam diri Sultan sejak zaman dahulu.

Muslih menegaskan, apa yang ia lakukan bersama warga Jogja lainnya murni atas dasar kecintaan terhadap Jogja. Ia mengatakan tidak ingin Jogja pecah dan kehilangan keistimewaan hanya karena sikap Sultan yang terlalu cepat mengambil keputusan.

“Sultan harus mendengarkan suara rakyat Jogja,” ucap Muslih.

Advertisement

Sebelumnya Sultan mengeluarkan Sabda Raja, Kamis (30/4/2015) di Siti Hinggil, Komplek Kraton. Dari informasi yang beredar poin sabda raja tersebut di antaranya adalah menghilangkan klausul khalifatullah, mengganti kalusul Buwono menjadi Bawono, mengubah perjanjian pendiri Mataram Ki Ageng Pemanahan dengan Ki Ageng Giring, dan Sultan juga akan menyempurnakan keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kanjeng Kyai Joko Piturun.

Meski akhirnya Sultan membantah isi Sabda Raja tersebut. Namun kerabat Kraton yang ikut dalam Sabda Raja membenarkan poin Sabda Raja yang tertulis di media. Kemudian pada Selasa (5/5/2015), Sultan kembali mengeluarkan Sabda Raja (Dawuh Raja). Dalam Dawuh Raja itu Sultan mengganti gelar putri sulungnya GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng Ing Mataram.

Atas keluarnya Sabda Raja ini menimbulkan polemik di internal Kraton. Bahkan sejumlah rayi dalem atau adik-adik Sultan HB X datang ke Jogja menemui langsung Sultan. Sampai Jumat (8/5) sore belum diketahui pasti isi dari pertemuan Sultan dan saudara-saudaranya itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif