News
Sabtu, 2 Mei 2015 - 12:00 WIB

SOLOPOS HARI INI : Soloraya Hari Ini: Pelajar MAN 1 Solo Tewas hingga Beberapa RS Solo Tolak Pasien

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Halaman Soloraya Harian Umum Solopos edisi Sabtu, 2 Mei 2015

Solopos hari ini memberitakan kecelakaan air yang dialami pelajar MAN 1 Solo, hingga mengakibatkan pelajar tersebut tewas.

Solopos.com, SOLO — Dua siswa Madrasah Aliah Negeri (MAN) 1 Solo terseret ombak di Pantai Indrayanti. Satu pelajar ditemukan selamat, sementara satunya tewas. Kabar ini menjadi berita utama untuk halaman Soloraya Harian Umum Solopos, Sabtu (2/5/2015).

Advertisement

Tidak hanya berita tentang kematian satu pelajar MAN 1 Solo tersebut. Ada pula kabar seputar pergelaran Universitas Sebelas Maret Cultural yang menampilkan pelbagai kesenian dari negara selain Indonesia. Gelaran tersebut membuat batas antarnegara seolah lebur.

Lalu, ada kabar tentang harga batu akik jenis fire opal yang mahal membuat pamor batu akik ini turun. Selanjutnya, ada kabar tentang beberapa rumah sakit di Solo yang terpaksa menolak pasien karena overload.

Simak berita utama di halaman Soloraya Harian Umum Solopos edisi Sabtu, 2 Mei 2015;

Advertisement

KECELAKAAN AIR: Pelajar Ditemukan Tewas di Baron
Nasib tragis dialami dua siswa Madrasah Aliah Negeri (MAN) Solo. Mereka adalah Farid Naufal, 17, dan Mutazaka, 17, siswa kelas XI Program Boarding School MAN 1 Solo.

Mutazaka bisa diselamatkan sementara Farid Naufal tewas. Keduanya tergulung ombak saat bermain di Pantai Indrayanti, Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Gunungkidul, Yogyakarta, Kamis (30/4/2015) Sore.

Informasi yang dihimpun Espos menyebutkan peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu sebanyak 72 siswa sedang bermain di pantai tersebut untuk rekreasi karena telah mengikuti kunjungan ilmiah di Laboratorium Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM). Saat itu enam orang di antara mereka bermain-main masuk ke dalam air sejauh sekitar lima meter dari bibir pantai.

Sekitar pukul 16.15 WIB, empat siswa keluar dari air, sedangkan dua siswa yakni Farid dan Mutazaka tetap bermain di dalam air. Sekitar pukul 16.20 WIB air laut tiba tiba pasang dan ombak membesar. Tak ayal, keduanya pun ikut tergulung ombak. Sejumlah guru dan murid yang mengetahui peristiwa itu langsung melapor ke tim search and rescue (SAR) setempat.

Advertisement

Baca selengkapnya: epaper.solopos.com

[Baca juga: Siswa MAN 1 Solo Tewas Tergulung Ombak Pantai Indrayanti2 Siswa MAN 1 Solo Terseret Ombak Pantai Indrayanti, 1 Hilang]

PENTAS KESENIAN: Menghapus Batas Negara melalui Budaya
Tari Enggang dari Kalimantan Utara menjadi pembuka serangkaian acara bertajuk Universitas Sebelas Maret Cultural Night (UCN) 2015 yang dihelat di Auditorium UNS Solo, Kamis (30/4/2015) malam.

Gemulai gerakan para penari yang menyuguhkan kisah kehidupan sehari-hari burung enggang itu pun langsung disambut bunyi othok-othok, mainan tradisional asal Indonesia, yang dibunyikan ratusan penonton dalam ruangan tersebut.

Advertisement

Ya, pergelaran lintas budaya dari berbagai negara ini kembali menyuguhkan pentas kesenian yang terdiri atas tari, lagu, peragaan busana, dan makanan tradisional dari mahasiswa asing.

Tari Enggang merupakan perwakilan budaya dari Indonesia. Selain itu, sejumlah delegasi dari berbagai negara lainnya ikut berpartisipasi dalam perhelatan tersebut. Dari Turkmenistan, hadir menyajikan dua lagu berjudul Hayran dan Gulnara. Sementara perwakilan dari Myanmar, menyuguhkan lagu Ni Ni Khin Zaw yang mengisahkan tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan, serta tarian tradisional negara tersebut, Thin Kyan. Sedangkan perwakilan dari Thailand, menghadirkan Ponglang, tari modern yang dibawakan dengan iringan musik tradisional negara tersebut.

Penyanyi dari Madagaskar membawakan lagu berjudul Ze Mitsiko Ro Mokotse yang mengisahkan tentang besarnya rasa cinta seorang pria kepada wanita, meskipun pria tersebut dipandang sebelah mata oleh keluarga si wanita.

Baca selengkapnya: epaper.solopos.com

Advertisement

[Baca juga: Aktivis Desak Pembebasan ‘Shinta dan Natasya’ dari GL-Zoo]

TREN BATU AKIK: Penggemar Batu Akik Mulai Tinggalkan Fire Opal
Batu akik fire opal asal Bukit Manggal Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri yang sempat booming kini mulai ditinggalkan. Mahalnya harga batu akik jenis tersebut menjadi penyebabnya.

Salah satu kolektor batu akik asal Kecamatan Baturetno, Faried, mengatakan daya beli masyarakat pada batu akik khas Wonogiri, fire opal semakin hari semakin menurun. Harga jual fire opal yang melambung tinggi membuat masyarakat Wonogiri tidak mampu membelinya.

“Mengetahui harga batu akik fire opal mahal, masyarakat akhirnya beralih ke batu akik yang lebih murah. Kondisi itu membuat tren fire opal menurun,” ujar Faried saat ditemui wartawan di Kantor Pemkab Wonogiri, Kamis (30/4/2015).

Dia mengatakan harga jual fire opal dalam bentuk batu Rp400.000-Rp500.000 untuk ukuran sedang. Sementara dalam bentuk cicin, fire opal harganya Rp600.000 Rp700.000. Mahalnya harga tersebut membuat batu khas Wonogiri itu hanya laku dijual di kalangan kolektor dan masyarakat kelas menengah ke atas.

Baca selengkapnya: epaper.solopos.com

Advertisement

[Baca juga: Pamor Fire Opal Wonogiri Mulai Redup]

PELAYANAN KESEHATAN: Overload, Rumah Sakit Tolak Pasien BPJS
Warga Semanggi, Pasar Kliwon mengeluhkan pelayanan di beberapa rumah sakit di Solo akibat overload pasien peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Saat hendak rawat inap, mereka ditolak rumah sakit karena kamar penuh.

Seperti yang diungkapkan Sriyanti, 31, saat ditemui Espos di rumahnya di wilayah Kelurahan Semanggi, Jumat (1/5/2015).

Pada Maret lalu, ia membawa ibunya, Ginem ke beberapa rumah sakit di Solo tetapi ditolak. Saat itu, alasan dari rumah sakit karena kamar untuk kelas III penuh. Ia pun mau membayar untuk kelas II tetapi alasannya tetap penuh.

Akhirnya, ia membawa ibunya ke salah satu rumah sakit di Sukoharjo tetapi kapasitasnya juga penuh dan terpaksa dirawat di kelas I.

“Kalau rawat jalan tidak ada masalah. Tapi, saat hendak rawat inap karena penyakit jantungnya kambuh pada Maret lalu, beberapa rumah sakit di Solo menyatakan penuh. Saya terpaksa membawa ibu ke rumah sakit di Sukoharjo,” katanya.

Ia berharap pemerintah bisa meningkatkan pelayanannya sehingga masyarakat tidak terkatung-katung saat hendak berobat.

Baca selengkapnya: epaper.solopos.com

[Baca juga: AJI Purwokerto Tuntut Upah Sektoral dan Ikut BPJS71.000 Buruh Rokok di Kudus Didaftarkan ke BPJS]

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif