Kolom
Jumat, 1 Mei 2015 - 07:40 WIB

GAGASAN : Menjaga Harmoni Bersama Kali Pepe

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dwi Haryanto (Dok/JIBI/Solopos)

Gagasan Solopos hari ini, Rabu (29/4/2015), ditulis Dwi Haryanto. Penulis adalah warga Banyuanyar, Banjarsari, Solo yang menjadi korban banjir.

Solopos.com, SOLO — Malam menunjukkan pukul 22.30 WIB, Rabu (22/4). Listrik baru saja menyala setelah padam karena hujan disertai petir sejak Magrib. Tiba-tiba terdengar suara  gaduh di luar, ”Banjir…., banjir….!”

Advertisement

Begitu teriakan beberapa warga yang tinggal tak jauh dari sungai. Seketika itu juga air datang menggenangi parit, kemudian menggenangi  jalanan, dan tanpa ampun masuk ke dalam rumah-rumah penduduk serta menerjang benda apa saja yang ditemui.

Beberapa saat kemudian ketinggian air di wilayah Jl. Bone dan Jl.  Tarumanegara, Banyuanyar, Banjarsari, Solo setinggi pinggang hingga dada orang dewasa. Saat banjir menerjang, beberapa penduduk  ada yang sempat menyelamatkan barang dan surat-surat penting.

Tak semua bisa diselamatkan dari air banjir luapan Kali Pepe. Seluruh wilayah dalam radius ratusan meter dari kali tersebut terendam, termasuk di wilayah Kelurahan Banyuanyar, Banjarsari, Solo sebagai wilayah paling parah kebanjiran anak Sungai Bengawan Solo ini.

Advertisement

Itulah sekelumit gambaran banjir  pada Rabu malam pekan lalu. Banjir itu disebabkan hujan deras sejak Rabu siang di hulu Kali Pepe di wilayah Kabupaten Boyolali dan Gunung Merbabu yang kemudian terbawa aliran-aliran sungai  pedesaan yang bermuara di Kali Pepe.

Anak Bengawan Solo ini overload. Kondisinya lebih parah dibanding banjir pada 25 Februari 2009 lalu. Banjir dari Kali Pepe pada pekan lalu itu merupakan kali kedua setelah banjir pada 25 Februari 2009.

Penyebabnya sama, Kali Pepe tak mampu menampung tumpahan air jika daerah hulu diguyur hujan lebih dari enam jam. Delapan sungai besar di Boyolali bermuara di Kali Pepe.

Kali Pepe dengan kondisi penuh  air adalah hal wajar, tapi jika sampai overload dan menyebabkan banjir sebagaimana pada Rabu pekan lalu dan Februari 2009 sebenarnya belum pernah terjadi. Ini berdasarkan penuturan generasi tua yang melihat dan mengalami secara empiris.

Advertisement

Saya ingat pada 1985 sungai ini masih menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sungai ini menjadi tempat mencuci pakaian, mandi, serta menambang pasir dan batu kali. Kualitas airnya belum begitu tercemar dan jika hujan deras badan sungai masih bisa menampung air untuk diteruskan ke Kali Anyar.

Eksistensi Kali Pepe sangat bermanfaat dalam kehidupan masa lampau sehingga muaranya dijadikan pusat  aktivitas manusia  berupa pelabuhan Bengawan Beton. Hal yang mungkin sama dengan muara Kali Cemoro di kehidupan purbakala. [Baca selanjutnya: Gemericik]

 

Gemericik
Tipe Kali Pepe adalah deras, cepat pasang, dan cepat surut dengan tanah gembur (ladu) di sekelilingnya sehingga lekukannya cenderung berubah  dari waktu ke waktu.

Advertisement

Tekstur Kali Pepe hampir sama dengan Kali Elo atau Kali Progo bagian atas (hulu). Sungai tipe ini hanya punya sedikit palung (kedung) dan dasarnya terlihat. Airnya gemericik.

Palung di Kali Pepe hanya terdapat tepat di bawah jembatan di kawasan Komplang, belakang Puskesmas Banyuanyar, tempuran Plelen, sebelah utara Kampung Banyuanyar bagian barat, serta sebelah timur jembatan di kawasan Gagan. Selebihnya, jika tak ada bendungan, sungai ini airnya gemericik.

Agar aliran air Kali Pepe tak menggenangi Kota Solo, pada 1900-an Paku Buwono X membangun sudetan ke arah timur yang bertemu dengan sungai di daerah Bibis. Sudetan ini dinamai Kali Anyar yang bermuara ke Bengawan Solo.

Sudetan tersebut mampu meneruskan  arus deras sehingga tidak menuju ke jantung Kota. Ini upaya mengantisipasi luberan kiriman dari Boyolali.  Wajar  jika Kali Anyar  tampak lurus bila dilihat dari Terminal Tirtonadi sampai Kandang  Sapi.

Advertisement

Ini menandakan Kali Anyar merupakan kali buatan walaupun di sisi timur merupakan kali alam dari aliran yang berasal dari arah utara. Proyek Kali Anyar bisa dikatakan berhasil lantaran Kota Solo tidak pernah kebanjiran akibat luapan Kali Pepe.

Banjir besar  pada 1966 adalah akibat luapan Bengawan Solo. Pada 1980-an ancaman banjir hanya terkonsentrasi di wilayah Kelurahan Nusukan (Tapen, Praon, dan Minapadi) serta Sumber Tapen di Kecamatan Banjarsari, Solo. Pemerintah membangun tanggul pada 1987.

Sayangnya, sejak 1998 area sabuk hijau tanggul tersebut menjadi hunian penduduk sekaligus mendistorsi kegunaan tanggul.  Bukti Kali Pepe adalah denyut nadi kehidupan  yaitu sekitar  250 tahun lalu Pangeran Sambernyawa  mendirikan Kadipetan Mangkunegaran tepat di bibir  sungai ini.

Saat itu aliran sungai ini sangat akrab dengan kehidupan manusia (saat itu Jl. R.M. Said masih bagian dari sungai). Kini Kali Pepe adalah ancaman karena harmoni antara alam dengan manusia sudah kian tereduksi, saling abai.

Kepentingan ekonomis manusia menjadikan pinggir Kali Pepe sebagai daerah ”mesin uang”. Atas nama lokasi strategis, harga murah, orang lupa keniscayaan harmonisasi Kali Pepe dan manusia. Mereka membuat talut, mendirikan bangunan komersial seperti toko dan pabrik-pabrik, atau real estat. Manusia terus mendesak sungai. Untuk mendirikan bangunan harus menebang tumbuhan di sekitarnya.

Di bagian hulu kejadiannya juga hampir sama. Penggundulan hutan-hutan sengon masif. Sungai seolah-olah dibelakangi. Di Kota Solo, fungsi tanggul diabaikan demi mendapatkan tempat tinggal. Sungai kian sempit dan dangkal.

Advertisement

Jangan heran ketika di bagian hulu hujan lebat beban sungai menjadi berlebih, air akan tumpah kemudian menerjang benda apa saja di sekitar alirannya. Akan lebih arif jika semua pihak tidak abai atau menutup mata terhadap kebutuhan sungai (area sabuk hijau, area resapan air, bebas sampah).

Jika kita menutup mata dari kewajiban menjaga harmonisasi sungai dengan lingkungannya, sewaktu-waktu sungai akan menumpahkan amuknya. Akhirnya hanya akan menimbulkanb kerugian terhadap kehidupan manusia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif