Jateng
Selasa, 28 April 2015 - 04:50 WIB

PRODUK JENANG : Produsen Asal Kudus Tak Berani Naikkan Harga

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Produk jenang khas Kudus masih bertahan dengan harga lama. Para pengusaha mengaku tak berani menaikkan harga paska kenaikan harga BBM karena khawatir akan berkurang penjualannya

Advertisement

 

Kanalsemarang.com, KUDUS- Produsen jenang khas Kudus, Jawa Tengah, hingga kini belum berani menaikkan harga jualnya menyusul adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) karena dikhawatirkan tidak diimbangi dengan daya beli masyarakat.

Menurut pemilik industri jenang Menara Muh. Masduqi seperti dikutip Antara, Senin (27/4/2015), kenaikan harga BBM jenis solar dan premium pada 28 Maret 2015 memang berdampak pada kenaikan harga sejumlah bahan baku untuk membuat jenang.

Advertisement

Di antaranya, harga gula kelapa menjadi Rp10.500/kg dari sebelumnya Rp9.000/kg, gula pasir Rp11.000/kg dari sebelumnya Rp9.000/kg, ketan Rp11.000/kg dari sebelumnya Rp10.000/kg, dan kepala per butir juga naik menjadi Rp3.500 dari sebelumnya Rp3.200 per butir.

Selain itu, lanjut dia, biaya transportasi juga mengalami kenaikan karena sebelumnya biaya kirim barang ke luar kota hanya butuh biaya Rp350.000, kini bisa mencapai Rp500 ribu.

Bahkan, kata dia, gaji pegawai juga mengalami kenaikan karena harga kebutuhan pokok masyarakat saat ini juga mulai mengalami kenaikan.

Advertisement

Meskipun biaya dalam membuat jenang mengalami kenaikan, kata dia, hingga kini belum berani menaikkan harga jualnya karena khawatir tidak diimbangi dengan daya beli masyarakat.

Adapun harga jual jenang biasa, kata dia, sebesar Rp22.000/kg, spesial Rp35.000/kg, dan jenang rasa coklat Rp45.000/kg.

Untuk menarik minat pembeli, Masduqi mengakui, mencoba membuat jenang dengan aneka varian baru, seperti jenang rasa pisang, rumput laut, dan durian.

Hanya saja, kata dia, jenang rasa buah-buahan tersebut tidak selalu diproduksi karena disesuaikan dengan ketersediaan buah-buahan yang tersedia ketika musimnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif