SOLOPOS.COM - Ilustrasi elpiji 3 kg alias gas melon. (JIBI/Bisnis/Dok.)
HET gas elpiji 3 kg sudah naik, tetapi di Gunungkidul tetap langka
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Kenaikan harga eceran tertinggi (HET) elpiji tiga kilogram diikuti kelangkaan barang. Tak hanya itu, pengecer mengaku mulai terjadi migrasi konsumen elpiji 12 kg ke ukuran tiga kilogram.
Warga Dusun Tegalsari, Desa Siraman, Kecamatan Wonosari, Erika, mengaku seringkali dikacaukan dengan ketersediaan gas. Dia sempat mencari elpiji tiga kilogram sampai ke Kecamatan Playen, yang jaraknya belasan kilometer.
“Itu saja saya mendapatkan di pengecer dengan harga Rp19.000. HET padahal Rp15.500,” papanya, Senin (27/4/2015).
Selain untuk kebutuhan memasak, elpiji tiga kilogram juga digunakan untuk usaha cuci pakaian yang dimilikinya.
Warga Dusun Trimulyo 1, Desa Kepek, Wonosari, Endang juga mengemukakan hal senada. Dia seringkali tidak mendapatkan gas di pangkalan lantaran setiap kali datang, elpiji tiga kilogram sudah habis.
Pengelola pangkalan di Playen, Tri Muryanto, mengaku saat ini kebutuhan warga terhadap elpiji tiga kilogram melonjak tajam. Dibuktikan dengan setiap kali kiriman elpiji datang, akan habis dalam hitungan jam.
“Kami [pangkalan] memang harus selektif. Terlebih lagi pelanggan yang tadinya menggunakan tabung ukuran 12 kg sekarang beralih ke ukuran tiga kilogram,” ucapnya. Dengan kondisi ini, praktis pangkalan mengalami kekosongan stok selama enam hari.
Kepala Seksi Distribusi dan Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Energi Sumber Daya Mineral Gunungkidul Supriyadi mengaku tidak bisa berbuat banyak dengan kondisi langkanya elpiji tiga kilogram.
“Yang kami [dinas] lakukan hanya pengawasan sampai tingkat pangkalan saja. Pangkalan yang menjual terlalu tinggi, kena tegur,” ujarnya.