Jogja
Senin, 27 April 2015 - 08:20 WIB

Dua Warga Sleman Terjangkit Leptospirosis, Korban Banjir Perlu Waspada

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Membersihkan sisa banjir (JIBI/Harian Jogja/Gigih M. Hanafi)

Dua orang warga Sleman terjangkit Leptospirosis sehingga para korban banjir diminta waspada

Harianjogja.com, SLEMAN-Para korban banjir yang menjadi dampak hujan deras beberapa waktu lalu perlu siaga terhadap ancaman penyakit Leptospirosis.

Advertisement

Hingga April ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman telah mencatat dua orang yang positif terserang salah satu penyakit yang disebabkan oleb urine tikus ini. Jangan sampai karena banjir, jumlah penderita semakin bertambah.

“Sampai sekarang sudah dua kasus, satu warga dari Mlati dan satu dari Moyudan. Tahun ini terhitung rendah dibanding tahun kemarin yang mencapai 12 dengan korban meninggal dua orang. Dan dari banjir kemarin, warga saya harap bisa mendeteksi dini, melakukan antisipasi dengan antibiotik, dan kepatuhan berobat,” kata Kepala Dinkes Sleman, Mafilindati Nuraini, Minggu (26/4/2015).

Advertisement

“Sampai sekarang sudah dua kasus, satu warga dari Mlati dan satu dari Moyudan. Tahun ini terhitung rendah dibanding tahun kemarin yang mencapai 12 dengan korban meninggal dua orang. Dan dari banjir kemarin, warga saya harap bisa mendeteksi dini, melakukan antisipasi dengan antibiotik, dan kepatuhan berobat,” kata Kepala Dinkes Sleman, Mafilindati Nuraini, Minggu (26/4/2015).

Ia mengatakan, serangan bakteri Leptospira tidak langsung terjadi beberapa saat setelah banjir. Masa inkubasi berlangsung sekitar dua minggu. Selama dua minggu itu Dinas meminta masyarakat tanggap pada tanda-tanda yang mungkin dialami.

“Tanda-tandanya demam disertai nyeri betis. Nyeri betis ini yang indikasinya paling kuat. Selain itu bisa juga dilihat dari selaput mata putih yang menjadi kuning, dan bagian putih pada mata kita [konjungtifal] ada garis-garis merahnya,” papar Linda, panggilannya.

Advertisement

Linda menjelaskan, bakteri Leptospira tidak hanya masuk melalui luka tetapi juga selaput lendir mata. Masyarakat dapat terinfeksi Leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau lumpur serta tanaman yang dicemari oleh air seni hewan penderifa leptospira. Tidak hanya tikus, tetapi juga bisa dari ternak babi, sapi, kambing, anjing dan juga kucing.

Warga di bantaran Kali Gajah Wong, Kecamatan Depok, yang menjadi korban luapan air sungai Rabu (22/4) lalu bisa dimungkinkan terinfeksi bakteri ini jika tidak melakukan perlindungan diri.

Linda menyarankan agar saat membersihkan rumah di tempat yang potensial tercemar air kencing hewan, masyarakat menggunakan alat pelindung diri seperti sepatu boot, jubah kain, masker, kaca mata pelindung, dan sarung tangan.

Advertisement

Jika ada luka atau lecet jangan sampai terkena lumpur, tanah, atau air yang terkontaminasi. “Tutup luka dengan balutan kedap air,” jelas Linda.

Pengamanan juga dilakukan untuk makanan dan minuman. Masyarakat harus menutup rapat makanan dan jika perlu memasukkannya dalam almari.

Jika sudah mengetahui tempat-tempat yang terkontaminasi tikus, segera menuanginya dengan karbol atau lysol agar bakteri mati.

Advertisement

“Yang penting, selalu cuci tangan dengan sabun sebelum makan, sesudah memegang hewan, dan saat usai berladang. Seperti petani yang pada musim panen ini misalnya memegang jerami yang telah terkontaminasi urin tikus, juga perlu waspada,” jelasnya.

Pihaknya juga meminta khususnya untuk anak-anak untuk tidak berenang di lokasi banjir karena dimungkinkan terkontaminasi bakteri Leptospira.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif