Jogja
Minggu, 26 April 2015 - 07:15 WIB

PERTANIAN BANTUL : 574 Ha Lahan Terancam Kekeringan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - foto ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Gigih M. Hanafi)

Pertanian Bantul seluas 574 Ha terancam kekeringan.

Harianjogja.com, BANTUL- Lebih dari 500 hektare lahan pertanian di Bantul terancam tidak teraliri air. Banjir akibat luapan sungai pada Rabu (22/4/2015) malam mengakibatkan lima talut irigasi jebol.

Advertisement

Kerusakan sejumlah talut irigasi sementara ditemukan terjadi di lima titik. Yaitu di Kadisono, Kec. Pajangan, di Tegalpiri Desa Sriharjo Imogiri, di Dusun Pandes, Wonokromo Kec. Pleret, di Desa Terong Kec. Dlingo dan di Dusun Pacar, Timbulharjo, Kec. Sewon.

Kerusakan bervariasi mulai dari talut yang ambrol atau jebol hingga putus.

“Panjang talut irigasi yang rusak bervariasi ada yang 32 meter, 20 meter dan 15 meter,” terang Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Kabupaten Bantul Yulianto, Jumat (24/4/2015).

Advertisement

Lima talut tersebut dinilai sangat vital karena berguna mengatur aliran air irigasi yang menghidupi ratusan hektare lahan pertanian. Dinas SDA merinci sebanyak 574 hektare lahan yang diliri air berkat talut tersebut bakal terencam kekeringan lantaran tidak mendapat suplai air.

Akibat talut jebol, aliran air merembes kemana-mana tidak mengalir seseuai jalur seharusnya. Padahal biaya pembangunan talut tersebut bukan sedikit. Biaya pembangunan satu titik talut bisa mencapai miliaran rupiah. “Yang jelas biayanya lebih dari Rp1 miliar kerugian akibat banjir ini,” jelasnya.

Pemkab Bantul kini tengah mendata detil kerusakan serta nilai kerugian yang ditimbulkan. Pemerintah berharap ada alokasi anggaran dari berbagai sumber seperti pemerintah DIY, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWS) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk membantu biaya perbaikan talut.

Advertisement

Skema lainnya lanjut dia menggunakan dana tidak terduga dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bantul. Namun nilainya diperkirakan tidak mampu mengcover seluruh kebutuhan biaya pembangunan talut rusak.

Kepala Seksi Operasi Jaringan Irigasi Dinas SDA Bantul Yitno mengatakan, perbaikan harus segera dilakukan karena ratusan hektare lahan itu kini membutuhkan aliran air. “Sekarang ini sedang musim tanam kedua, kalau tidak ada aliran air bisa gagal panen,” ungkap Yitno.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif