News
Minggu, 26 April 2015 - 07:00 WIB

BANJIR SOLORAYA : Siklus Banjir Besar Solo Bisa Tiap 10 Tahun!

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Banjir di Kampung Praon, Banjarsari, Kamis (23/4/2015) pagi. (Chrisna Canis Cara/JIBI/Solopos)

Banjir Soloraya Kamis lalu membuat panik warga. BBWSBS menyebut banjir besar di Solo bisa terulang setiap 10 tahun.

Solopos.com, SUKOHARJO — Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) menyebut banjir yang terjadi di Soloraya dipengaruhi oleh tingginya intensitas hujan di lereng Gunung Merbabu. BBWSBS menyebut skala ulangan banjir besar di Solo bisa terjadi setiap 10 tahun.

Advertisement

Sumber banjir yang melanda Solo dan sekitarnya, kata Kasubag Umum BBWSBS, Sukoco, Kamis (23/4/2015)  bukan berasal dari luapan Sungai Bengawan Solo seperti yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan. Banjir yang disebabkan tingginya intensitas hujan yang tinggi di lereng Merbabu juga pernah melanda Soloraya pada 2007 dan 2009 silam.

“Yang paling besar itu banjir 2007. Kalau dihitung, skala ulangnya hampir 10 tahunan,” jelas Sukoco, Kamis.

Sukoco, mengatakan tingginya intensitas hujan yang turun di Soloraya sejak Rabu (22/4/2015) siang hingga Kamis (23/4/2015) dini hari memang menyebabkan banjir. Akan tetapi, tingginya intensitas hujan di Soloraya bukan satu-satunya penyebab terjadinya banjir yang melanda Solo dan sekitarnya.

Advertisement

“Hujan di sini [Soloraya] itu cenderung lebih singkat dibandingkan hujan di lereng Gunung Merbabu yang tiada berhenti sejak kemarin [Rabu] siang hingga malam,” jelas Sukoco kepada Solopos.com, Kamis.

Hujan lebat yang mengguyur lereng Merbabu, kata Sukoco, turun melalui sejumlah sungai di Boyolali. Salah satu aliran air sampai di hulu Kali Anyar di sebelah selatan Bandara Adi Soemarmo. Debit air yang tinggi mengakibatkan terjadinya luapan banjir dari Kali Anyar dan menggenangi sejumlah kawasan di Kota Solo bagian utara.

Sebagian air mengalir melalui Kali Jenes yang memiliki hulu di Boyolali. Air dari Kali Jenes itu meluap di kawasan Kartasura dan Grogol. “Air dari lereng Merbabu turun melalui sungai-sungai kecil di Boyolali. Nama sungainya sesuai dengan nama desa-desa yang dilintasinya. Air itu kemudian turun, sampai ke Sungai Kali Anyar di sebelah selatan bandara. Air kemudian turun melewati kawasan Ngemplak, Dibal dan sampai di Banyuanyar,” ujar Sukoco.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif