Soloraya
Minggu, 26 April 2015 - 14:30 WIB

BANJIR SOLORAYA : Longsor, Jalur Bus Solo-Purwodadi Terancam Putus

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Badan jalan alternatif di RT 001/RW 009, Minapadi, Nusukan, Banjarsari, Solo, Minggu (26/4), longsor akibat banjir yang melanda daerah setempat, Kamis (24/4) lalu. Warga setempat meminta Pemkot Solo segera memperbaiki gorong-gorong di bawah jalan tersebut. (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Banjir Soloraya tak hanya merusak jalan raya, tapi juga mengancam jalur bus Solo-Purwodadi.

Solopos.com, SOLO — Jalan alternatif bus jurusan Solo-Purwodadi di Kampung Minapadi, Nusukan, Banjarsari, Solo, terancam putus lantaran gorong-gorong yang melintang di jalan itu ambrol akibat banjir, Kamis (24/4/2015) dinihari.

Advertisement

Warga lingkungan RT 001/RW 009 Minapadi, Nusukan, Banjarsari, Solo mendesak Pemerintah Kota (Pemkot) segera memperbaiki gorong-gorong tersebut dalam waktu dekat. Pengamatan Solopos.com, Minggu (26/4/2015), badan jalan penghubung Nusukan-Komplang itu mulai terkikis.

Ambrolnya gorong-gorong itu terletak di bibir Kali Anyar, tepatnya di sebelah timur jembatan gantung Bendung Karet Nusukan. Gorong-gorong dengan kedalaman sekitar lima meter itu kembali tertutup material tanah dan material bekas bangunan.

Sebagian rumah milik warga setempat, Satino, 42, berupa dapur dan kamar mandi yang terletak mepet gorong-gorong itu turut ambrol. “Kejadiannya Kamis dinihari. Saat itu saya mendengar suara kendaraan tronton yang lewat jalur alternatif ini. Saya langsung membangunkan ketiga anak dan istri untuk segera antisipasi. Belum sempat berkemas, suara gemuruh terdengar di sebelah barat rumah. Ternyata bangunan dapur dan kamar mandi habis,” kata Satino, Minggu siang.

Advertisement

Dia tak bisa berbuat apa-apa. Dia segera mengajak keluarganya dan membawa barang berharga mengungsi ke rumah tetangga. Satino dan keluarganya tinggal di tanah bantaran Kali Anyar itu selama 13 tahun. Di sebelah barat gorong-gorong itu semula ada lima rumah warga. Lima rumah itu pun hanyut terbawa arus sungai saat banjir beberapa tahun lalu.

“Pak Wali [Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo] dan Bu Lurah Nusukan sudah meninjau rumah kami. Mereka hanya melihat. Saya tidak tahu akan dapat bantuan atau tidak. Saya hanya berharap ada uluran tangan pemerintah,” kata dia.

Satino mengaku tak mengantongi sertifikat hak milik atas tempat yang ditinggalinya. Namun Satino rajin membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) pada setiap tahunnya. Dia rela bila Pemkot berencana merelokasi warga bantaran Kali Anyar dan Kali Pepe. “Kami tidak tahu rencana relokasi itu karena hal itu urusan pemerintah. Dulu sempat ada usulan relokasi tetapi sampai sekarang tak ada tindak lanjutnya,” imbuh dia.

Advertisement

Warga lainnya, Warno Sumito, 84, meminta Pemkot segera memperbaiki gorong-gorong di Minapadi itu. Dia khawatir badan jalan terus tergerus dan mengancam lalu lintas di jalan alternatif itu. “Longsoran tanah bertambah terus. Di sebelah barat itu tanahnya juga retak. Begitu hujan pasti longsor lagi. Kalau pemerintah tak segera memperbaiki ya jalan alternatif itu terancam putus. Sebagian aspalnya juga terkena gerusan longsor,” pinta dia.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo, Gatot Sutanto, sudah mengetahui kondisi tanah dan gorong-gorong yang ambrol. Dia mengatakan longsoran gorong-gorong itu pernah dikeruk dengan menggunakan alat berat belum lama ini agar air dari permukiman langsung terbuang ke Kali Anyar.

“Tapi sepertinya justru balik karena volume air di Kali Anyar lebih besar dari pada volume air di gorong-gorong itu. Malah gorong-gorong itu jadi pintu air masuk ke kampung,” kata Gatot.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif