News
Sabtu, 25 April 2015 - 17:30 WIB

KABINET JOKOWI-JK : SBY Kritik Revolusi Mental Jokowi

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - SBY dan Jokowi berpelukan, Senin (20/10/2014). (Nurul Hidayat/JIBI/Bisnis)

Kabinet Jokowi-JK kembali dikritik. Kali ini, giliran SBY yang bersuara menyinggung revolusi mental Jokowi.

Solopos.com, JAKARTA — Revolusi Mental yang menjadi jargon yang diusung Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengandung nilai yang tinggi. Namun tidak jarang tokoh nasional mengkritik jargon tersebut, tak terkecuali Susilo Bambang Yudoyono (SBY).

Advertisement

Menurut mantan Presiden Indonesia ke-6 itu, Presiden Jokowi harus mengutamakan keseimbangan di segala hal saat menerapkan revolusi mental tersebut. SBY mengatakan, kehidupan bangsa yang harmonis merupakan cermin revolusi mental untuk kemajuan suatu bangsa.

“Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk, itu harus disikapi dengan bijak, benih konflik di dalamnya pasti ada, maka perlu konsiliasi dan keseimbangan dalam bingkai kemajemukan bangsa,” terangnya saat menjadi keynote speaker diskusi publik di Universitas Nasional, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (24/4/2015), dilansir Okezone.com.

Stabilitas dan kebebasan bangsa dan negara, menurut SBY, mutlak dibutuhkan, di samping juga konflik yang terjadi harus segera dicegah dan diselesaikan. “Kebebasan boleh, tapi hormati aturan dan ketentuan hukum. Harus ada keseimbangan yang absolut, demokrasi yang seimbang,” imbuhnya.

Advertisement

Dengan demikian, sebuah negara yang harmonis menjamin ketentraman dan kenyamanan warga negara, serta dihormati negara lain. “Yang jelas di bawah kepemimpinan Pak Jokowi Indonesia harus maju, tapi tolong jangan ada yang dikorbankan, jangan sampai kita dimusuhi olah negara lain. Selama itu [kebijakan] bisa ditemukan titik tengahnya,” lanjutnya.

Oleh karena itu, SBY dengan tegas memberi catatan penting bahwa dalam menerapkan revolusi mental keseimbangan kebijakan mutlak ditekankan. “Karena dalam hidup kita ada etika dan estetika, itu juga harus seimbang, pilihan adalah pilihan, termasuk juga saat kita memilih jalan ketiga,” tutupnya.

Ini bukan kali pertama SBY bersuara kritis selama pemerintahan Jokowi. Sebelumnya, akun Twitter SBY berkicau setelah keluarnya putusan praperadilan Budi Gunawan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Senin (16/2/2015) lalu. SBY menyebut kata “prahara” dan “nafsu” dalam kicauannya.

Advertisement

Kicauan ini muncul sekitar pukul 12.45 WIB atau dua jam setelah putusan hakim Sarpin Rizaldi yang mengabulkan permohonan praperadilan Budi Gunawan. Meskipun tak jelas menyebutkan dengan gamblang soal praperadilan Budi Gunawan, kicauan SBY jelas kata “pemimpin dan elite”.

“Ya Allah, beri pencerahan batin & kekuatan akal sehat kpd para elite & pemimpin bangsa, agar dpt mengambil pilihan yg tepat & bijak. *SBY*,” kicau SBY.

Kicauan akun SBY ini memang ditulis dalam format doa dan harapan. Namun kicauan ini jelas menyebut kata “pemimpin” beberapa kali. Yang menarik, SBY menyebut ada cerita di balik layar yang tidak banyak diketahui publik.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif