Jogja
Kamis, 23 April 2015 - 18:20 WIB

MASALAH LINGKUNGAN : Sungai Kemoneng Meluap, 5 Ha Lahan Padi Terendam

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Aparat TNI bersama sejumlah petani bergotong royong membersihkan sungai yang melintasi Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Bantul, Rabu (22/4/2015). Aliran sungai di wilayah ini terganggu akibat tumpukan sampah dan pendirian bangunan secara serampangan. (JIBI/Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Masalah lingkungan kali ini terjadi di Sungai Kemoneng.

Harianjogja.com, BANTUL—Lebih dari lima hektare lahan pertanian di Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Bantul, terendam banjir akibat pencemaran lingkungan dan terganggunya aliran sungai yang melintasi wilayah ini.

Advertisement

Banjir yang dipicu hujan deras di wilayah utara Jogja pada Selasa (21/4/2015) sore itu mengakibatkan air Sungai Kemoneng yang melintasi Dusun Kadipiro, Kwaron, Soboman, Sonopakis dan Nitiprayan, meluap. Air sungai meluap lantaran tidak mampu menahan derasnya volume air, kendati hujan hanya berlangsung sore hari. Luapan air sungai menyebar hingga ke Jalan Wates yang melintasi wilayah Dusun Kadipiro, Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan.

Warga Dusun Kwaron, Teguh Setiawan mengungkapkan, wilayah aliran Sungai Kemoneng sangat rentan banjir lantaran aliran sungai tidak normal. Sampah dari wilayah utara menumpuk di sungai ini dan masuk ke saluran-saluran irigasi pertanian.

“Sehingga terjadi pendangkalan sungai, tolong warga yang ada di utara itu jangan sampah dibuang begitu saja ke sungai, yang terkena dampaknya warga di selatan,” ujar Teguh saat ditemui di lokasi banjir, Rabu (22/4/2015).

Advertisement

Selain sungai yang tercemar, bangunan rumah toko yang didirikan di atas saluran irigasi memperburuk kondisi aliran air.

“Ruko itu berdiri sangat rendah tepat di atas kali, sehingga saat sampah menumpuk dan aliran air terhalang bangunan, air mampet dan kemudian meluap,” kata seorang warga lainnya.

Alhasil, air meluap merendam tanaman padi yang ada di kiri kanan sungai serta sejumlah rumah penduduk. Air baru surut pada Rabu (22/4/2015) pagi. Tanaman padi tersebut sebagian tidak dapat diselematkan karena usianya sudah tua alias siap panen, sebagian dapat diselamatkan namun kualitas dan jumlahnya menurun.

Advertisement

“Kondisi seperti ini sudah terjadi bertahun-tahun tapi belum ada tindakan dari pemerintah untuk mengatasinya,” tutur Teguh.

Pada Rabu pagi, puluhan pegawai dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) Bantul dibantu aparat TNI, aparat pemerintah desa dan sejumlah petani bergotong royong mengeruk sampah untuk menormalkan aliran sungai. Kepala Desa Ngestiharjo, Oni Oktaviani, berjanji akan melaporkan pencemaran lingkungan dan bencana banjir tersebut ke Pemkab Bantul.

“Kami akan laporkan ke Pemkab, kami juga minta supaya bangunan yang berdiri di atas sungai dibongkar, karena itu tidak boleh,” kata Oni.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif