News
Kamis, 23 April 2015 - 23:40 WIB

KISAH INSPIRATIF : Kompak, Ibu & Anak Ini Wisuda Doktor Bersama

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sri Budi Lestari, 59 dan putra sulungnya, Budi Prasetyo, 36 (JIBI/Harian Jogja/dok. Humas UGM)

Kisah inspiratif kali ini dari ibu dan anak yang kompak wisuda jenjang strata 3 (S3) atau doktor bersamaan.

Harianjogja.com, SLEMAN – Sri Budi Lestari, 59 dan putra sulungnya, Budi Prasetyo, 36, menjalani upacara wisuda program doktoral bersamaan di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Kamis (23/4/2015).

Advertisement

Wisuda bersamaan, antara ibu dan anak untuk jenjang pendidikan yang sama terbilang langka terjadi. Adapun ibu dan anak ini mampu mencapai hal tersebut.

Keduanya sama-sama menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana UGM. Namun untuk jurusan, perempuan yang biasa disapa dengan nama Ayie ini memilih Kajian Budaya dan Media, sedang sang anak di Ilmu Lingkungan. Selain sama-sama wisuda bersamaa, keduanya juga tercatat sebagai staf pengajar di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

Advertisement

Keduanya sama-sama menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana UGM. Namun untuk jurusan, perempuan yang biasa disapa dengan nama Ayie ini memilih Kajian Budaya dan Media, sedang sang anak di Ilmu Lingkungan. Selain sama-sama wisuda bersamaa, keduanya juga tercatat sebagai staf pengajar di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

Meski pencapaiannya kali ini terdengar manis, Ayie menuturkan tantangan yang diperolehnya selama melanjutkan pendidikan cukup berat. Sebab sejak lima tahun yang lalu atau persisnya, 1,5 tahun mengikuti kuliah S3 di UGM, Ayie tiba-tiba sakit. Otot paha kananya mengecil. Menurut dokter, kala itu ia menderita demyelinisasi.

Akibat penyakitnya itu, Ayie bahkan sempat untuk memutuskan berhenti melanjutkan pendidikan doktornya di UGM.

Advertisement

Berkat dukungan tersebut, nenek lima cucu ini bersemangat menyelesaikan pendidikan S3 di UGM. Meski harus mondar-mandir menggunakan kursi roda, Ayie mengaku tetap menjalani tahapan hidupnya ini. Didampingi sang suami, Didik Samadikun, ia akhirnya mampu menyelesaikan kuliah.

“Suami saya sampai Ikut kuliah dan seminar untuk mendampingi. Untung dia sudah purna tugas jadi bisa menemani,” kata Ayie yang menceritakan sang suami pensiunan staf ahli Gubernur Jateng.

Meski sempat cuti selama satu semester akibat penyakitnya itu, Ayie bisa menyelesaikan pendidikan doktor dalam waktu 6 tahun 4 bulan. Ayie mengaku ia juga tidak menyangka akan diwisuda bareng dengan anaknya. Dia justru bangga bisa menyelesaikan pendidikan doktor di usia yang tidak muda lagi.

Advertisement

“Saya ingin memotivasi dan menginspirasi yang muda-muda. Saya sudah 23 tahun banyak beraktivitas (sebagai pengajar). Saya ingin meningkatkan keilmuan saya,” kata Ayie.

Sang anak, Budi Prasetyo Samadikun, mengaku tidak menyangka bisa wisuda bersama dengan ibunda tercinta. Sejak awal, kata Budi, mereka sudah saling mendukung untuk segera menyelesaikan pendidikan S3 masing-masing. Beruntung mereka akhirnya bisa diwisuda dalam waktu yang sama.

“Dari dulu sudah ada angan-angan, kalo misalnya bisa wisuda bareng, eh nggak tahunya kesampaian,” kata dosen prodi Teknik Lingkungan Undip ini.

Advertisement

Budi mengaku sangat mengangumi sosok ibunya yang sangat bersemangat menyelesaikan pendidikan meski kondisi fisiknya sempat menghambatnya. Budi mengaku justru ibunya yang selalu memotivasi dirinya untuk fokus menyelesaikan pendidikan.

“Di tengah jalan ada pasang surut, tapi kita saling support,” kata Budi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif