Sport
Selasa, 21 April 2015 - 05:30 WIB

KRISIS YAMAN : Indonesia Disarankan Respons Proporsional Kerusakan KBRI Sanaa

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Asap membumbung akibat serangkaian udara koalisi di Sanaa, Senin (20/4/2015). (JIBI/Solopos/Reuters/Mohamed al-Sayagh)

Krisis Yaman berdampak ke KBRI di Sanaa.

Solopos.com, JAKARTA — Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menilai serangan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi ke Sanaa yang merusak juga Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) perlu direspons proporsional. Terlebih lagi, serangan itu mengakibatkan anggota staf KBRI Sanaa terluka,

Advertisement

“Menlu RI Retno L. Marsudi telah mengecam pengeboman itu. Kecaman ini memadai, tetapi tidak perlu mengambil tindakan berlebihan, cukup proporsional saja,” kata Hikmahanto di Jakarta, Senin (20/4/2015).

Hikmahanto mengatakan bahwa aksi pengeboman melalui pesawat udara yang mengenai KBRI di Kota Sanaa, Yaman perlu disikapi proporsional atas beberapa alasan.

Pertama, pengeboman tidak dilakukan dengan target KBRI, sebab secara jelas kegiatan operasional KBRI di Yaman telah dipindahkan ke Kota Salalah, di Oman, yang merupakan wilayah lebih aman.

Advertisement

“Yang menjadi target adalah depot amunisi yang letaknya memang tidak terlalu jauh dari Gedung KBRI di Sanaa, Yaman,” kata Hikmahanto.

Kedua, dengan adanya serangan secara bertubi-tubi dan sistematis di Kota Sanaa dalam beberapa waktu terakhir, Kota Sanaa sesungguhnya telah menjadi war zone atau zona perang. Menurut Hikmahanto, apabila ada penduduk sipil yang menjadi korban, mereka akan dianggap sebagai korban yang bukan menjadi target atau collateral damage, dan dalam hukum humaniter penyerang pun sejatinya diharuskan meminimalkan jatuhnya korban penduduk sipil dan situs-situs bersejarah serta gedung pemerintahan.

Ketiga, serangan melalui udara layaknya terjadi di Kota Sanaa sulit untuk dilakukan secara presisi meskipun menggunakan alutsista yang canggih sekalipun. “Idealnya perang di dalam kota dilakukan melalui darat meski konsekuensinya banyak korban yang berperang akan jatuh,” jelas dia.

Advertisement

Lebih jauh Hikmahanto berharap peristiwa pengeboman melalui serangan udara di Kota Sanaa yang berdampak pada KBRI dapat menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk memiliki lokasi KBRI di mana pun di dunia agar tidak dekat dengan instalasi militer.

Sebelumnya, KBRI di Kota Sanaa terkena bom serangan udara yang ditujukan terhadap depot amunisi yang ada di sekitar wilayah tersebut, dan mengakibatkan sedikitnya dua orang staf KBRI mengalami luka.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif