News
Minggu, 19 April 2015 - 19:30 WIB

KONFERENSI ASIA AFRIKA : Begini Cara Indonesia "Taklukkan" Negara Pendukung OPM

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 dimanfaatkan pemerintah untuk berdiplomasi mengatasi Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Solopos.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia menegaskan Indonesia memiliki penduduk Melanesia paling banyak dibandingkan dengan penduduk Melanesia yang ada di seluruh negara yang ada di kawasan Pasifik.

Advertisement

Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi, mengatakan dirinya bersama Menlu Vanuatu membicarakan upaya untuk mempererat hubungan penduduk Melanesia yang ada di Indonesia dan Vanuatu. Pasalnya, total penduduk Melanesia yang ada di dalam negeri masih lebih banyak dibandingkan dengan yang ada di seluruh negara Pasifik.

“Saya tegaskan Indonesia adalah Melanesia, dan Melanesia adalah Indonesia, karena besarnya jumlah penduduk melanesia di Indonesia,” kata Retno Marsudi di JCC, Jakarta, Minggu (19/4/2015).

Retno Marsudi menuturkan Indonesia akan menjadi tuan rumah Festival Seni dan Budaya Melanesia pada Oktober tahun ini. Agenda tersebut akan dimanfaatkan pemerintah untuk mempererat hubungan antar-orang melanesia yang ada di seluruh dunia.

Advertisement

Isu Melanesia kerap digunakan kelompok separatis di Papua untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Kelompok sipil bersenjata seperti Organisasi Papua Merdeka sering mengungkapkan keinginannya bergabung dengan Melanesian Spearhead Group (MSG), bersama Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Fiji, dan Vanuatu.

Sebagai catatan, Vanuatu merupakan satu-satunya negara Melanesia yang pemerintahnya mendukung perjuangan OPM. Bahkan dukungan terhadap OPM juga datang dari berbagai tokoh adat, agama, dan lembaga swadaya masyarakat setempat.

Kementerian Luar Negeri sebelumnya mengirimkan sejumlah bantuan kemanusiaan bagi korban badai PAM di Vanuatu sebagai solidaritas dan hubungan khusus kedua negara yang memiliki latar belakang serta warisan budaya Melanesia. Bantuan dengan nilai mencapai US$2 juta itu terdiri dari bahan makanan, paket untuk ibu dan anak, obat-obatan, tenda posko dan keluarga, selimut, genset listrik, tempat tidur, serta perangkat kebersihan.

Advertisement

Kementerian Luar Negeri juga mengirimkan tim untuk memberikan pendampingan terhadap kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana di beberapa wilayah Vanuatu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif