News
Sabtu, 18 April 2015 - 12:45 WIB

SOLOPOS HARI INI : Soloraya Hari Ini: Pedagang Burung Pasar Gawok Tinggalkan Los hingga Peringatan Hari Kartini

Redaksi Solopos.com  /  Evi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Halaman Soloraya Harian Umum Solopos edisi Sabtu, 18 April 2015

Solopos hari ini memberitakan kabar terkini Soloraya, salah satunya tentang sebagian pedagang burung yang meninggalkan los mereka di Pasar Gawok.

Solopos.com, SOLO — Beberapa pedagang burung di Pasar Gasok dikabarkan tak mau membayar uang sewa los. Akhirnya, sebagian pedagang burung tersebut hengkang dari los mereka. Kabar ini mejadi headline di halaman Soloraya Harian Umum Solopos, Sabtu (18/4/2015).

Advertisement

Selain tentang polemik Pasar Gawok, ada juga kabar tentang sumber air panas di Panguripan tertutup tanah longsor. Dua rumah warga di kawasan sumber air panas Sendang Panguripan tertimbun tanah.

Selanjutnya, ada sejumlah warga dan pegawai negeri sipil (PNS) merasa kecewa lantaran kecele saat akan mengurus surat dan tanda tangan ke kantor Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Karanganyar. Namun, saat itu Kantor Setda Karanganyar justru tutup.

Sementara itu, di Klaten ada acara peringatan Hari Kartini. Uniknya, acara peringatan tersebut diramaikan dengan lomba memasak. Para peserta laki-laki pun dituntut untuk memasak.

Advertisement

Simak rangkuman berita utama halaman Soloraya Harian Umum Solopos edisi Sabtu, 18 April 2015, berikut ini.

POLEMIK PASAR GAWOK: Pedagang Tinggalkan Los Pasar
Puluhan pedagang burung memilih meninggalkan los di Pasar Gawok lantaran enggan membayar uang sewa senilai Rp864.000/tahun.

Pantauan Espos di lokasi, Jumat (17/4/2015), hanya terdapat beberapa pedagang burung yang masih bertahan menempati los yang disediakan di pasar tradisional itu. Sebagian besar los sudah tidak lagi digunakan pedagang burung. Mereka lebih memilih berjualan di pekarangan dan halaman rumah warga di perkampungan sebelah barat pasar.

“Kami sudah berada di sini sejak Selasa (14/4/2015). Pak Bupati memang memberi deadline pengosongan los pada 22 April. Daripada nanti diuber-uber, lebih baik kami pindah duluan,” jelas Antok, 34, pedagang burung yang ditemui Espos di sela- sela berjualan.

Advertisement

Pria yang akrab disapa Gendut itu menganggap harga sewa senilai Rp864.000/tahun yang dipatok Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sukoharjo terlalu mahal. Selain itu, los yang ditawarkan kepada pedagang relatif sempit dengan ukuran 2 meter x 2 meter. Atap los itu juga dianggap kurang tinggi sehingga tidak cocok digunakan sebagai gantungan kandang burung.

“Jumlah losnya hanya 48. Padahal, jumlah pedagang burung ada 84 orang. Hal itu membuat los sangat terasa sempit karena pedagang berjejal di dalamnya. Wajar jika pengunjung tidak betah berlama-lama di sana,” kata pedagang burung asal Donohudan, Boyolali, ini.

Baca selengkapnya: epaper.solopos.com

[Baca juga: Pedagang Burung Tinggalkan Pasar Gawok]

Advertisement

BENCANA ALAM: Sumber Air Panas Panguripan Tertutup Tanah
Hujan deras yang mengguyur Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Sragen selama beberapa jam pada Kamis (16/4/2015), membuat tebing yang ada di desa tersebut longsor.

Akibatnya, dua rumah milik warga dan satu sumber mata air panas Sendang Panguripan Dukuh Sambilengok, Desa Jetis tertimbun tertimpa longsoran tanah. Ketua RT 006 Dukuh Sambilengok, Desa Jetis, Citro Sentono, 69, mengatakan di wilayahnya ada dua rumah yang tertimbun longsoran tanah.

Selain itu, satu sumber mata air hangat juga tertutup material tanah. Dia mengatakan di Sendang Panguripan ada dua sumber mata air panas, tetapi satu di antaranya sudah tertutup longsoran tanah. Sehingga, sumber air itu sudah tidak berfungsi lagi. Akibatnya, saat ini sebagian kamar di pemandian air panas tersebut tidak dapat digunakan.

Baca selengkapnya: epaper.solopos.com

Advertisement

[Baca juga: Bencana Banjir dan Longsor, Pemkab Siapkan Dana Rp6,8 M]

PELAYANAN PUBLIK: Kantor Setda Sepi Ditinggal Outbound, Warga Kecele
Sejumlah warga dan pegawai negeri sipil (PNS) kecele saat mengurus surat dan tanda tangan ke kantor Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Karanganyar, Jumat (17/4/2015).

Hampir seluruh kantor di lingkungan Setda Kabupaten Karanganyar tutup. Padahal PNS harus bekerja selama lima hari, yakni Senin-Jumat. Pantauan Espos, hanya satu dari dua gerbang di kantor Setda Kabupaten Karanganyar yang dibuka.

Tidak banyak sepeda motor maupun mobil dinas terparkir di halaman parkir pada bagian tengah kompleks kantor Setda Kabupaten Karanganyar. Hampir semua pintu ruang kerja tutup. Bahkan pintu ruang kerja Wakil Bupati Kabupaten Karanganyar dipasangi kertas bertuliskan ”sedang istirahat”.

Dua PNS yang mengaku dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Karanganyar juga kecele. Mereka mengaku hendak meminta tanda tangan surat keterangan kepada Asisten II Setda Kabupaten Karanganyar.

Baca selengkapnya: epaper.solopos.com

Advertisement

PERINGATAN HARI KARTINI: Pria Pun Harus Bisa Memasak
Puluhan pria paruh baya berlari kecil menuju meja panjang yang telah penuh dengan seperangkat alat masak. Mereka beradu cepat meraih pisau dan bumbu dapur. Sebagian dari mereka sibuk merajang bawang merah dan cabai menjadi potongan kecil-kecil. Sebagian lagi menyalakan kompor sambil menuang margarin ke dalam wajan. Mereka beradu cepat menyajikan menu masakan nasi goreng.

Begitulah suasana lomba memasak dalam rangka peringatan Hari Kartini ke-136 di Pendapa Kantor Bupati Klaten, Jumat (17/4/2015). Bila lomba memasak selalu identik dengan perempuan, kali ini semua pesertanya adalah kaum pria. Mereka merupakan perwakilan dari satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Kabupaten Klaten.

Camat Tulung, Rohmat Sugiarto, menikmati suasana kompetitif lomba memasak yang diikuti oleh 30 tim tersebut. Tergabung dalam tim bersama perwakilan Kecamatan Delanggu dan Jatinom, dia tak kerepotan saat meracik bumbu nasi goreng yang terdiri atas cabai, bawang putih, bawang merah, dan garam.

“Di rumah saya terkadang memasak nasi goreng. Tapi, rasanya nggak tahu ini,” kata dia kepada Espos di sela kesibukannya memasak.

Bagi Rohmat, lomba memasak merupakan pengalaman pertama. Kendati mengaku jarang memasak, ia berusaha membuat nasi goreng yang enak.

“Pada lomba ini yang terpenting adalah ikut memeriahkan. Persoalan menang atau kalah belakangan,” ucapnya.

Baca selengkapnya: epaper.solopos.com

[Baca juga: Muspida Wonogiri Adu Terampil Merangkai Buah

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif