Soloraya
Sabtu, 18 April 2015 - 09:30 WIB

RADYA PUSTAKA SOLO : 80% Naskah Kuno Rusak, Ini Jenisnya

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Museum Radya Pustaka (JIBI/Solopos/Dok)

Radya Pustaka Solo mempunyai koleksi naskah kuno. Sayangnya, 80% naskah kuno di museum itu rusak.

Solopos.com, SOLO — Sekitar 80% naskah kuno tulisan tangan di Museum Radya Pustaka rusak digerogoti umur.

Advertisement

Hingga kini, pengelola museum baru bisa menyelamatkan 17,5% naskah di antaranya dengan media digitalisasi. Pengelola naskah di Museum Radya Pustaka, Kurnia Heniwati, saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Kamis (16/4/2015), mengatakan museum memiliki 399 naskah kuno mulai dari abad 18.

Dari ratusan koleksi itu, sebanyak 80% di antaranya mengalami kerusakan di jilid punggung hingga kertas. “Beberapa naskah ada yang jilidannya sudah copot, sementara kertas ada yang sobek dan bolong karena kutu,” ujarnya.

Advertisement

Dari ratusan koleksi itu, sebanyak 80% di antaranya mengalami kerusakan di jilid punggung hingga kertas. “Beberapa naskah ada yang jilidannya sudah copot, sementara kertas ada yang sobek dan bolong karena kutu,” ujarnya.

Kurnia mengatakan naskah dengan bahan kertas Eropa menjadi yang paling rapuh. Menurut dia kertas model itu cenderung “renyah” sehingga mudah remuk dan sobek. Hingga kini belum ada penanganan khusus pada kertas selain membersihkannya dengan kuas muka.

“Paling saya bersihkan dengan kuas yang lembut agar debu dan mikroorganisme tidak menempel,” tuturnya.

Advertisement

Museum menggunakan alat rekam yang terhubung dengan komputer dan kamera. “Memang masih sedikit. Targetnya akhir tahun ini separuh naskah sudah didigitalisasi,” ucap Kurnia.

Radya Pustaka memiliki ratusan judul naskah yang berkisah tentang sejarah Keraton Solo, pembuatan tosan aji, sejarah wayang kulit sejarah keramik dan sebagainya. Museum yang dibangun 1890 ini memiliki naskah tertua berupa Serat Yusuf (1729) hingga Primbon Mangkuprajan (1755).

Ketua Komite Museum Radya Pustaka, Purnomo Subagyo, mengatakan digitalisasi naskah tak bisa dilakukan tergesa karena butuh kehati-hatian. Bahkan ia mengibaratkan mengelola naskah kuno seperti merawat bayi. “Harus hati-hati dan telaten saat membuka setiap lembar naskah,” ujarnya.

Advertisement

Purnomo menambahkan upaya digitalisasi penting untuk pelestarian naskah kuno. Ke depan setelah program itu selesai, publik bisa mengakses isi naskah melalui piranti elektronik seperti mesin touch screen. “Selain bisa lewat laptop, kami berupaya memberi layanan touch screen di museum. Jadi warga bisa leluasa mengakses naskah yang diinginkan,” tandasnya.

Mengintip Manuskrip di Radya Pustaka
Jumlah koleksi
Naskah kuno carik       399 buku
Naskah Jawa cetak       1000 buku
Naskah tedhakan          105 buku

Beberapa koleksi masterpiece
Serat Yusuf yang mengisahkan tentang perjalanan Nabi Yusuf (1729)
Serat Nasangul Badingah yang berkisah tentang para nabi dan teologi Islam
Serat Iskandar Zulkarnain yang mengisahkan perjalanan Alexander the Great
Primbon Mangkuprajan (1755)

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif