Jogja
Rabu, 15 April 2015 - 02:19 WIB

KTP dan KPS Hilang, Mbah Darmo Belum Bisa Cairkan PSKS

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Darmo Suwito (kiri) bersama anaknya, Ngatono di rumah mereka di Wiyoko Tengah, Plembutan, Playen pada Selasa (14/4/2015). (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Tidak semua penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dapat mencairkan dana mereka sesuai jadwal yang ditetapkan sesuai tempat tinggal mereka. Berikut laporan wartawan Harianjogja.com, Uli Febriarni.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Salah satu warga Gunungkidul yang tak dapat mencairkan dana PSKS yang menjadi haknya sesuai jadwal, adalah Darmo Suwito. Oleh tetangga, ia akrab disapa Mbah Sepi.

Advertisement

Rambutnya sudah memutih, tak lagi tersisa warna hitam pada mahkotanya itu. Tubuhnya kurus dan di tulang keringnya terdapat luka yang sudah lama bersarang, hingga mengering namun begitu menampakkan bekas.

Pakaian yang ia kenakan pagi itu, Selasa (14/4/2015) adalah kutubaru berbahan chiffon bermotif bunga. Rok hijau dengan lipit menjadi bawahannya.

Advertisement

Pakaian yang ia kenakan pagi itu, Selasa (14/4/2015) adalah kutubaru berbahan chiffon bermotif bunga. Rok hijau dengan lipit menjadi bawahannya.

Saat dijumpai, ia sedang duduk di atas kursi yang berada dekat dengan tempat tidurnya. Sementara putra semata wayangnya, Ngatono, mendampinginya di rumah. Yang berada di RT 034 RW 09, Wiyoko Tengah, Plembutan, Playen, Gunungkidul.

Darmo mengaku senang pagi itu ditemui oleh sejumlah wartawan.

Advertisement

Salah satu kerabatnya, yakni Iska Dwi Rohmawati, yang dipanggil Dwi, lebih banyak mengisahkan keseharian mereka berdua. Pasalnya, Ngatono, memiliki ketidakmampuan dalam berkomunikasi. Mulutnya tak mampu berkata-kata layaknya seorang tuna wicara.

Meski demikian, sambutan lelaki usia 55 tahun itu begitu luar biasa. Senyumnya begitu lebar, dan menjabat tangan tamu begitu erat.

Keseharian mereka, sambung Dwi hanya dilalui berdua. Tugas Mbah Sepi yang tak lagi mampu masak dan berjalan, digantikan oleh Ngatono. Namun, tidak setiap hari mereka mengolah makanan sendiri. Terkadang, Dwi mengirimkan nasi dan sayur bagi mereka berdua.

Advertisement

“Mereka juga ada jatah raskin, pak Ngatono juga bertani di sawah yang disewa pada desa,” urai Dwi menerangkan jagung yang digantung di dinding rumah milik mbah Sepi.

Di halaman rumah, ada sejumlah tanaman kacang tanah tumbuh dengan hijaunya. Ternyata, tanaman tersebut juga dirawat oleh Ngatono.

“Kalau hasilnya banyak, dijual. Kalau sedikit dimakan sendiri di rumah,” lanjut Dwi, yang tinggal tak jauh dari sana.

Advertisement

Awalnya, Dwi ingin Darmo dan Ngatono tinggal di rumahnya, akan tetapi Darmo menolak.

Ngatono sendiri, meski memiliki kebutuhan khusus, tak menyerah merawat ibundanya. Tak hanya memasak dan bertani untuk mempertahankan kehidupan, ia juga yang mengelap tubuh ibundanya bila saatnya mandi. Menemani kala ibunda sekedar ingin melamun di dekat pintu rumah.

Selama kunjungan sejumlah wartawan, raut wajah Ngatono juga terus saja dihiasi senyum lebar.

Disinggung mengenai bantuan dana PSKS bagi Darmo, Dwi tak mampu berkomentar banyak. Pasalnya, Kartu Tanda Penduduk milik Darmo hilang, berikut Kartu Perlindungan Sosial (KPS).

“Biasanya yang ambil Oom, nanti mbah Sepi dibopong, kurang tahu kalau sekarang. Soalnya KTP dan kartunya yang warna kuning itu hilang setelah ambil PSKS 2014, kalau jadwal untuk PSKS 2015 ya hari ini,” sesal Dwi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif